DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA

Semangat perjuangan..
Semangat untuk kemerdekaan ..
Kini telah kita raih..
Segala cita-cita dan upaya..

Garuda lambang Negara kita..
Merah dan putih bendera kita..
Membangun Indonesia..
Membangun Persatuan dan Kesatuan dalam diri kita..

17 Agustus 1945
Hari Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia..
DIrgahayu Repulik Indonesia ke-68
Wujudkan Indonesia yang bebas KKN..

Korupsi , Kolusi dan Nepotisme..

Sepucuk Surat Lenna

Dear Mika,

          Hai Mik, kamu masih ingat aku? Aku Lenna , sahabat kecil mu dulu sewaktu kita tinggal bersama di Bandung. Sampai akhirnya kamu harus pindah kota. Jujur,  3 tahun belakangan ini aku merindukan mu. Aku berusaha untuk mencari dimana keberadaan mu, sampai akhirnya aku menemukan mu di Bali, tepatnya Denpasar. Apa kabar mu di sana? Mik, kapan kamu akan bertemu dengan ku? Aku ingin melihat mu kembali dengan sejuta keceriaan mu.
          Mik, aku punya berita bagus untuk mu. Mungkin sebulan lagi aku akan menyusul mu ke Bali. Keluarga ku mengajak ku berlibur di Kota mu, gimana? Hebat bukan?
          Tunggu aku ya…


                                                                                      Salam Kangen,
Lenna


                Sebuah surat menghampiri nya di pagi ini. Tapi ada satu hal yang janggal dalam hatinya.  Entah itu apa tapi dia mencoba untuk menyembunyikannya.
                Kabar bahagia itu kini di baginya bersama kedua orang tuanya. Lenna adalah sahabat nya dari mereka masih bermain di Taman Kanak-kanak. Tapi, ketika mereka menduduki bangku SMA, Mika harus pindah ke Bali, karena orang tuanya pindah tugas Dinas.
                “Aku yakin Lenna akan bertambah cantik sekarang, tidak seperti aku yang tetap memiliki wujud seperti anak laki-laki.” Ungkapnya ketika menceritakan kedatangan Lenna kepada kedua orang tuanya. Ayah dan Bunda nya hanya tersenyum tipis lantaran mereka asik dengan kesibukannya masing-masing.
                “Aku heran, kenapa kalian begitu payah. Aku kan hanya ingin berbagi kabar bahagia.” Dengan lagaknya yang penuh sentiment. Kemudian dia berjingkrak-jingkrak sendiri sambil menari dengan sangat payah dan tak ber-irama dengan benar.
                “Bukannya Mika yang payah? Ayah sih gak ngerasa.” Sambil meneguk kopi yang kini di genggam nya. “Bunda sama sekali gak payah loh..” timpal sang Bunda.
                “Oh ya, nanti Lenna mau Mika ajak keliling Bali boleh gak? Mika kan udah dapet SIM C .” sahut gadis kecil itu dengan riang.
                “Pamer nih anak ayah?” ledek ayah nya dengan diikuti gelak tawa mereka. Suasana di rumah itu terlihat begitu ramai dan hangat, tapi Mika mulai menyadari bahwa keganjalan itu ada pada dirinya. Bagaimana mungkin mereka akan bertemu sedangkan Mika masih tetap memiliki sifat seperti laki-laki. Dari ujung rambut sampai ujung kaki tak terlihat sosok anak gadis di dalam dirinya.
                “Bun, Mika boleh gak di ajarin dandan sama Bunda. Ehmb, biar Lenna kagum gitu bun. Lagian Mika juga mau punya pangeran, kayak di film-film gitu bun.” Tanya nya pada sang Bunda yang sibuk merapikan tatanan rambutnya.
                “Halah, kamu. Pegang sisir aja masih gak bener, gimana mau dandan? Emang nya pangeran yang mau sama kamu siapa? Pangeran kodok? Atau pangeran Monyet?” Mika sama sekali tidak menghiraukan ucapan Bundanya. Dia malah asyik sendiri dengan majalah kecantikan milik Bunda nya.


                Segala jenis Make-up milik bundanya di jabarkan. Dari lipstick, eye shadow, eye liner, mascara, hingga pernak-pernik yang bisa menyulap dia menjadi 100% gadis yang menarik dan anggun di gunakan nya.
                “Ah, aku gak pernah berniat ngelakuin ini, tapi  aku tahu Lenna sangat mengharapkan perubahan ku.” pikirnya. Tanpa sadar dia mulai beraksi di depan cermin. Menggunakan pelembab muka, bedak, dan lain sebagainya. Mungkin benar, mika bukan di takdirkan untuk menjadi seorang gadis yang indah , melainkan di takdirkan untuk menjadi seorang gadis yang sangat konyol.
                Jelas saja, segala make-up yang digunakannya tidak bereaksi dengan maksimal. Bukan merubah penampilan nya menjadi elegan, justru merubah penampilannya menjadi buruk. “Bundaaaaaaaaaaaaaa…….” Teriak nya panjang.
                Dari balik pintu sang Bunda tertawa dengan sangat keras. Putrinya kini berubah menjadi badut yang sangat lucu. “Bunda bilang juga apa? Kalau memang gak bisa menggunakan make-up lebih baik diam saja.” Ledek bundanya.
                “Bun, mungkin gak ya Mika bisa secantik Lenna?” tanya nya dengan kesal.
                “Kenapa ingin seperti Lenna?”
                “Bun, Lenna selalu dipuji orang karna dia cantik, surat yang mengatakan bahwa dia akan ke Bali membuat Mika jadi ingin berubah. Mika gak mau jadi mika yang dulu, Mika ingin membuat Lenna takjub bun.” Ucapnya.
                Tangan sang Bunda mengambil Tisue basah dan membersihkan make-up di wajah Mika dengan sangat lembut. Kemudian perlahan sang Bunda merubah penampilan Mika menjadi sangat cantik. “Kalau seperti ini bagaimana?” kata sang Bunda ketika memperlihatkan wajah Mika ke depan cermin.
                Mika begitu sangat senang lantaran melihat sosok dirinya yang penuh dengan keanggunan. “Satu lagi, Bunda ada sesuatu untuk mu.” ucap sang Bunda dan kemudian pergi dari hadapan Mika.
                Terlihat sang Bunda dengan sebuah baju yang indah, mungkin itu dress, pikir Mika.
                “Jika memang surat itu yang membuat mu harus berubah, bunda yakin dress ini akan merubah seluruh penampilan mu.” ucap sang Bunda dengan segaris senyum di pipinya.
               

Kedatangan Lenna,


Dear Mika,

          Mika, aku akan pergi ke Bali 2 hari lagi. Tolong persiapkan semuanya ya, hehehe.. oh ya Mik, aku dengar dari orang tuamu kamu merubah penampilan mu demi membuat ku takjub ya? Mika sayang, kamu so sweet banget sih.,
          Mik, aku gak sabar mau ketemu sahabat terbaik aku, aku juga gak sabar mau melihat penampilan kamu. Kamu pasti akan sangat cantik, kamu luar biasa mik. Aku salut sama kamu.
          Next time kalo aku udah nyampe di Bali kita seneng-seneng ya ,, bya mika ..

                   Salam persahabatan,
Lenna


                “2 hari lagi? Oh my God.” Pekik Mika. Dia sangat terkejut. Bukankah kurang lebih 2 minggu Lenna akan ke Bali. Penampilan Mika belum sempurna sesuai keinginan Lenna. Tapi dia berharap Lenna tidak sadar akan semua itu.
                “Aku berharap lenna akan menyibukkan dirinya dengan hal-hal gila yang di rencanakannya.” Batinnya dalam hati.



                Hari ini Mika bersiap-siap menunggu kedatangan Lenna, sahabat nya. Tapi hingga sore ini Lenna tak kelihatan batang hidung nya. Mika mulai khawatir.
                “Kira-kira satu jam lagi.” Celetuk Ayah nya dari belakang. Ternyata ayah dan bunda nya memperhatikan gerak-gerik Mika yang sedang cemberut menunggu kedatangan Lenna. “Ayah…” timpalnya.
                “Itu mobil Lenna..” teriak Mika dengan sangat gembira. Mika terlihat sangat kaget ketika melihat sahabatnya turun dengan kursi roda. Air mata Mika jatuh tanpa dia sadari. “Len.. lenna..?”  ucapna dengan terbata-bata.
                “Hay Mik…” sahut lenna dengan nada Bahagia. “kenapa menangis?” tanyanya kembali. Mika langsung memeluk Lenna. “Kenapa harus kursi roda?” tanya Mika dalam pelukan Lena. “Tidak bisa aku jelaskan.” Sahutnya.
                Mika menghapus air matanya perlahan, Lenna hanya mampu tersenyum tipis melihat Mika yang begitu cantik hari ini. Dengan menggunakan Dress dan make-up natural di wajahnya. “Kamu cantik sekali mika..”  kata Lenna kagum.
                Beberapa setelah basa-basi Lenna menceritakan maksud dan tujuannya datang ke Bali untuk menemui Mika. Dia datang ke Bali hanya untuk berpamitan kepada Mika. Semua rencana yang di buat Lenna dalam surat nya palsu. Dia berharap agar Mika mau bertemu dengannya. Dia akan pergi ke luar negri untuk berobat. Penyakit Kanker membuat nya tidak berdaya, bahkan untuk berjalan pun tak mampu.
                “Jadi kamu… kamu bohongin aku? Aku gak tau harus bilang apa Len. Aku.. aku turut sedih liat kondisi kamu. Aku berdoa untuk kesembuhan kamu.” Kata Mika dengan penuh isak tangis kepedihan. “Aku pasti akan menemui mu lagi Mik.” Jawabnya.
               

                Lenna hanya menginap satu hari di rumah Mika, pagi-pagi sekali mereka pergi dari rumah itu. Mika sangat mengharapkan kesembuhan sahabat nya. Dia tahu bagaimana sakit yang dirasakan oleh sahabat terbaiknya.

                “Tuhan pasti akan memberi mu kesembuhan.” Doanya.

KENANGAN TERINDAH

Mungkin hanya sebatas rindu yang dia miliki. Mungkin hanya sebatas angin malam yang dia rasakan. Tepat 1 tahun setelah kejadian mengerikan itu, saat kekasih nya pergi untuk selamanya.
          Dalam setiap hembus nafasnya akan ada seuntai kenangan dan selembar kehidupan kecil yang bahagia, yang pernah dia alami dulu sebelum kini menjadi sebuah kenangan. Kenangan yang menyimpan banyak hal indah, kenangan yang menyimpan sejuta perasaan dan kenangan yang menyimpan cinta.
          “Tepat satu tahun..” ucapnya perlahan. Sahabat yang menemaninya menoleh padanya dengan penuh rasa iba. “Udahlah Cik, semua udah berlalu. Kamu gak mungkin selamanya hidup dalam baying-bayang Dimas.” Sahutnya.
          Cika tak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Kenangan nya semakin hari semakin dia rindukan. Terlebih lagi saat mereka merayakan hari jadi mereka yang ke 3 tahun. Teringat ucapan Dimas yang selalu bergema di telinga Cika. Tapi dia hanya mampu menutupi luka hatinya. Dan hanya Raisa, sahabat nya yang mengetahui dirinya.

1 tahun yang lalu

          Malam itu terasa indah bagi mereka berdua. Cika dan  Dimas. Tepat di hari jadi mereka yang ke 3 tahun. Dimas menyiapkan segala sesuatu nya. Dari hal yang terkecil hingga hal yang paling romantic yang akan dia tunjukkan pada gadis nya, Cika.
          “Dim, kita akan kemana ?” ungkap Cika ketika Dimas menutup matanya dengan kain hitam dan perlahan menuntun Cika menuju sebuah taman yang telah di setting demikian rupa.
          “Aku yakin, kamu nanti akan suka. Kamu ikuti saja kemana langkahku akan membawa mu pergi.” Jawabnya.
          Beberapa menit kemudian tampak udara malam yang begitu dingin, Cik hanya bisa meringis dan menggenggam tangan Dimas dengan erat. Dimas menyadari akan hal itu. “Sabar ya sayang, nanti akan ada kejutan untukmu. Aku janji tidak akan membuat mu kecewa.”
          Tiba saatnya di sebuah taman. Dimas membuka kain yang menutup mataku secara perlahan. “Hitungan ketiga buka mata ya..” ucapnya.
          Betapa indah nya malam ini. Lilin-lilin melingkariku dan membentuk lambang cinta, meja yang dihias sangat rapi, hingga kembang api yang saling bersahutan di atas langit indah menambah suasana romantic yang pernah aku alami.
          “Dim, kamu.. kamu yang nyiapin semua ini?” tanyaku sedikit tak percaya. Indah sekali, sulit untuk ku percaya malam ini terjadi begitu special. “Ada satu hal lagi Cik, tapi aku sedikit ragu.” Timpal nya.
          “Hemb.. apa?”ucap ku penasaran.
          Dengan sedikit gugup dia mengeluarkan sesuatu dalam saku kemeja nya. Mungkin itu…
          Dalam hitungan menit Dimas beesujud di bawah Cika dan mengambil tangan Cika, “Would you marry me? I love you for all my heart. I would u be my wife. We can life forever, always be together, would you?”
          Seperti di setrum rasanya. Aku mengangguk perlahan dan Dimas tersenyum bahagia. Dia memasangkan cincin itu di jari Cika dengan penuh rasa cinta. Hari ini terasa special buat mereka berdua.

          Hal lain yang terjadi saat itu, mobil  mereka mengalami kecelakaan. Mereka menabrak sebuah truk yang berlawanan arah dengan mobil Dimas. Dimas tak dapat menyelamatkan diri, Cika berhasil keluar dari mobil itu setelah berusaha dengan susah payah. Tak ada orang lain disana selain mereka . beberapa saat mobil Dimas meledak, Dimas berada di dalam mobil itu.
          Begitu perih hati Cika akan kejadian itu, dia tak mampu untuk berkata-kata. Malam yang begitu indah berganti menjadi malam yang begitu mengerikan. Dimana pada hari itu adalah hari dimana dia harus kehilangan Dimas, kekasih nya.

***

          “Cik, hal yang kita takuti terkadang memang telah terjadi, tapi kamu harus yakin, dimas akan selalu hidup dalam hati mu, dimas akan selalu menjadi malaikat untuk mu. Percayalah, Kalian akan bertemu kembali, mungkin kamu harus mengikhlas kan kepergiannya.” Raisa mencoba untuk menghibur Cika.

          Nasi memang sudah menjadi bubur, yang tak mungkin dapat di rubah kembali. yang harus kita lakukan hanyalah mencoba untuk ikhlas dan pasrah. 

MEMETIK BINTANG

           Bintang, bisakah kau menunjukkan sesuatu yang indah padaku. Hai Bulan , dapatkah kau pancarkan cahaya mu pada hatiku. Kekuatan akan cinta itu yang aku mau. Aku hidup selalu dalam kegelisahan, tanpa cahaya terang yang mampu menyejukkan hatiku. Tanpa adanya kasih sayang dari seseorang yang aku inginkan.
            Elika, itu namaku. Aku anak pertama dan tak memiliki saudara. Ayah dan ibuku tak pernah peduli padaku, sekalipun aku anak kandung mereka. Mereka terlalu sibuk atas pekerjaan mereka. Ya inilah, ya itulah, keluar kotalah, keluar negri lah, dan aku hanya bisa menonton televisi usai sekolah. Yang merawat ku hanya bibik.
            Mungkin saja aku salah satu orang yang paling tidak beruntung di dunia ini. Kehidupan ku tak lebih dari seorang anak yang broken home.
            “El, lusa mama akan pergi ke Ausie, karna ada meeting penting dari clien mama. Kamu di rumah saja ya. Mungkin…” ungkapnya dengan nada yang datar. Tak pernah memikirkan bagaimana perasaanku saat dia katakan akan pergi ke Ausie, dan pergi tanpa AKU, anaknya. Bergegas aku berlari menaiki tangga dan meninggalkan Mama yang masih belum sempat menyelesaikan separuh kalimat nya.
          “Mama sama Papa sama aja, tak pernah ada untuk ku, aku seperti anak tiri yang tak pernah di perhatikan.” Ucap ku terus berlari. Tak peduli apa jawabnya.

Ambilkan bulan bu..
Ambilkan bulan bu..
Yang selalu bersinar di langit..
Di langit bulan menderang..
Cahya nya sampai ke bintang..
Ambilkan bulan bu..
Untuk menerangi, tidur ku yang lelap..
Di malam gelap….

            Penggalan lirik itu aku perhatikan sambil terus menangis. Isak tangis yang tak dapat aku hentikan, Lusa aku akan kembali sendiri di rumah. Ya… sendirian.


***

            Malam ini terasa sangat dingin bagiku, tapi aku tetap berjalan ke taman. “Akan ku lihat bintang teindah di sana.” Pikirku sambil terus berjalan.
            Aku terdiam sejenak, ‘ada yang mengikutiku’, batinku. Langkah ku semakin cepat, degup jantung ku juga semakin lama semakin tak menentu. “Siapapun itu tolong jangan mengikutiku.” Teriak ku dan menoleh ke belakang. Tak ada siapa pun di sini selain aku dan udara yang dingin. Apa aku hanya menghayal? Tapi  rasa-rasanya memang ada yang mengikutiku. Aku memandangi keadaan sekeliling, tapi tak kutemukan sesuatu yang mencurigakan.
            Ah.. mungkin hanya perasaan ku saja, pikirku. Aku kembali melanjutkan langkaku, tapi sesuatu terasa berjalan mengikutiku kembali. dengan cepat aku menoleh kebelakang. Ehmb, aneh, mungkin aku harus berlari dan menjauh dari tempat ini, dan ketika aku berbalik ada seseorang di hadapanku tengah tersenyum padaku. “PAPA?” pekik ku.
            “Anak nakal, malam-malam begini masih bisa keluyuran. Syukur yang mengikuti mu Papa, kalau orang jahat bagaimana?” katanya sambil tertawa.  “Tidak lucu.” Kataku dan beranjak pergi meninggalkan laki-laki yang kusebut papa.
           

***

            Aku ingin memetik bintang di atas sana. Merasakan keindahannya dan keabadiannya. Hanya bintang yang mampu lengkapi cahaya dalam hatiku.
            Hari ini Mama dan Papa akan berangkat ke Ausie. Selama seminggu aku akan ditinggalkan di sini. Tapi aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan yang seperti ini, jadi tak masalah bagiku. Sekalipun selamanya aku akan tetap tidak peduli. Bintang akan selalu menemani ku.
           

            “Pesawat Mama dan Papa akan terbang jam berapa?” tanya ku ketika mereka akan beranjak menaiki mobil dan pergi ke bandara.  “2 jam dari sekarang sayang.” Jawab Mama. Kemudian mama memelukku dan memberiku sesuatu.
          
  “Bintang?”  ucap ku. “Bintang ini akan menemani mu di sini, selama mama dan papa pergi. Mama harap kamu mau menjaga bintang kecil ini. Mama berikan ini padamu karna mama percaya kamu akan merawat bintang ini dan menyayangi bintang ini. Elika, mama sayang kamu, mama mau kamu mengerti akan kesibukan mama. Ini semua mama lakukan untuk masa depan mu. Kamu anak mama satu-satunya. Percayalah sayang, suatu saat nanti kita akan pergi bersama. Mama janji akan mengajak mu ke bukit bintang. Tempat dimana kamu bisa melihat bintang sepuas hatimu.” Ucap nya dengan nada penuh rasa.

 “Apa mama memetik bintang ini untuk ku?”
“Iya, dan nanti akan ada banyak bintang yang akan kamu petik dengan tangan mu sendiri. El, mama dan papa harus pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik.” Balasnya.
“Aku pasti akan merindukan mama.”

Sedetik kemudian mama menghilang dari pandangan mataku. Mobilnya melaju sangat cepat karna mengejar waktu.
‘Ma.. aku berjanji akan menjaga bintang ini. Dan kepulangan mama dan papa akan selalu aku tunggu. Aku berjanji..’ 

Hal terindah yang aku miliki. Aku tidak akan pernah melepas semua ini. Dan hari ini adalah hari yang paling indah sekaligus hari dimana aku dapat memetik bintang ku sendiri. Dan hari ini terjadi karena Mama.

AsryListya (AL). Diberdayakan oleh Blogger.

Who's Come

Recent Comments

I LOVE IT !
I Love My Self :)
  • "KENANGAN TERINDAH"

Chat Me

My Imagine

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA

Semangat perjuangan..
Semangat untuk kemerdekaan ..
Kini telah kita raih..
Segala cita-cita dan upaya..

Garuda lambang Negara kita..
Merah dan putih bendera kita..
Membangun Indonesia..
Membangun Persatuan dan Kesatuan dalam diri kita..

17 Agustus 1945
Hari Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia..
DIrgahayu Repulik Indonesia ke-68
Wujudkan Indonesia yang bebas KKN..

Korupsi , Kolusi dan Nepotisme..

Sepucuk Surat Lenna

Dear Mika,

          Hai Mik, kamu masih ingat aku? Aku Lenna , sahabat kecil mu dulu sewaktu kita tinggal bersama di Bandung. Sampai akhirnya kamu harus pindah kota. Jujur,  3 tahun belakangan ini aku merindukan mu. Aku berusaha untuk mencari dimana keberadaan mu, sampai akhirnya aku menemukan mu di Bali, tepatnya Denpasar. Apa kabar mu di sana? Mik, kapan kamu akan bertemu dengan ku? Aku ingin melihat mu kembali dengan sejuta keceriaan mu.
          Mik, aku punya berita bagus untuk mu. Mungkin sebulan lagi aku akan menyusul mu ke Bali. Keluarga ku mengajak ku berlibur di Kota mu, gimana? Hebat bukan?
          Tunggu aku ya…


                                                                                      Salam Kangen,
Lenna


                Sebuah surat menghampiri nya di pagi ini. Tapi ada satu hal yang janggal dalam hatinya.  Entah itu apa tapi dia mencoba untuk menyembunyikannya.
                Kabar bahagia itu kini di baginya bersama kedua orang tuanya. Lenna adalah sahabat nya dari mereka masih bermain di Taman Kanak-kanak. Tapi, ketika mereka menduduki bangku SMA, Mika harus pindah ke Bali, karena orang tuanya pindah tugas Dinas.
                “Aku yakin Lenna akan bertambah cantik sekarang, tidak seperti aku yang tetap memiliki wujud seperti anak laki-laki.” Ungkapnya ketika menceritakan kedatangan Lenna kepada kedua orang tuanya. Ayah dan Bunda nya hanya tersenyum tipis lantaran mereka asik dengan kesibukannya masing-masing.
                “Aku heran, kenapa kalian begitu payah. Aku kan hanya ingin berbagi kabar bahagia.” Dengan lagaknya yang penuh sentiment. Kemudian dia berjingkrak-jingkrak sendiri sambil menari dengan sangat payah dan tak ber-irama dengan benar.
                “Bukannya Mika yang payah? Ayah sih gak ngerasa.” Sambil meneguk kopi yang kini di genggam nya. “Bunda sama sekali gak payah loh..” timpal sang Bunda.
                “Oh ya, nanti Lenna mau Mika ajak keliling Bali boleh gak? Mika kan udah dapet SIM C .” sahut gadis kecil itu dengan riang.
                “Pamer nih anak ayah?” ledek ayah nya dengan diikuti gelak tawa mereka. Suasana di rumah itu terlihat begitu ramai dan hangat, tapi Mika mulai menyadari bahwa keganjalan itu ada pada dirinya. Bagaimana mungkin mereka akan bertemu sedangkan Mika masih tetap memiliki sifat seperti laki-laki. Dari ujung rambut sampai ujung kaki tak terlihat sosok anak gadis di dalam dirinya.
                “Bun, Mika boleh gak di ajarin dandan sama Bunda. Ehmb, biar Lenna kagum gitu bun. Lagian Mika juga mau punya pangeran, kayak di film-film gitu bun.” Tanya nya pada sang Bunda yang sibuk merapikan tatanan rambutnya.
                “Halah, kamu. Pegang sisir aja masih gak bener, gimana mau dandan? Emang nya pangeran yang mau sama kamu siapa? Pangeran kodok? Atau pangeran Monyet?” Mika sama sekali tidak menghiraukan ucapan Bundanya. Dia malah asyik sendiri dengan majalah kecantikan milik Bunda nya.


                Segala jenis Make-up milik bundanya di jabarkan. Dari lipstick, eye shadow, eye liner, mascara, hingga pernak-pernik yang bisa menyulap dia menjadi 100% gadis yang menarik dan anggun di gunakan nya.
                “Ah, aku gak pernah berniat ngelakuin ini, tapi  aku tahu Lenna sangat mengharapkan perubahan ku.” pikirnya. Tanpa sadar dia mulai beraksi di depan cermin. Menggunakan pelembab muka, bedak, dan lain sebagainya. Mungkin benar, mika bukan di takdirkan untuk menjadi seorang gadis yang indah , melainkan di takdirkan untuk menjadi seorang gadis yang sangat konyol.
                Jelas saja, segala make-up yang digunakannya tidak bereaksi dengan maksimal. Bukan merubah penampilan nya menjadi elegan, justru merubah penampilannya menjadi buruk. “Bundaaaaaaaaaaaaaa…….” Teriak nya panjang.
                Dari balik pintu sang Bunda tertawa dengan sangat keras. Putrinya kini berubah menjadi badut yang sangat lucu. “Bunda bilang juga apa? Kalau memang gak bisa menggunakan make-up lebih baik diam saja.” Ledek bundanya.
                “Bun, mungkin gak ya Mika bisa secantik Lenna?” tanya nya dengan kesal.
                “Kenapa ingin seperti Lenna?”
                “Bun, Lenna selalu dipuji orang karna dia cantik, surat yang mengatakan bahwa dia akan ke Bali membuat Mika jadi ingin berubah. Mika gak mau jadi mika yang dulu, Mika ingin membuat Lenna takjub bun.” Ucapnya.
                Tangan sang Bunda mengambil Tisue basah dan membersihkan make-up di wajah Mika dengan sangat lembut. Kemudian perlahan sang Bunda merubah penampilan Mika menjadi sangat cantik. “Kalau seperti ini bagaimana?” kata sang Bunda ketika memperlihatkan wajah Mika ke depan cermin.
                Mika begitu sangat senang lantaran melihat sosok dirinya yang penuh dengan keanggunan. “Satu lagi, Bunda ada sesuatu untuk mu.” ucap sang Bunda dan kemudian pergi dari hadapan Mika.
                Terlihat sang Bunda dengan sebuah baju yang indah, mungkin itu dress, pikir Mika.
                “Jika memang surat itu yang membuat mu harus berubah, bunda yakin dress ini akan merubah seluruh penampilan mu.” ucap sang Bunda dengan segaris senyum di pipinya.
               

Kedatangan Lenna,


Dear Mika,

          Mika, aku akan pergi ke Bali 2 hari lagi. Tolong persiapkan semuanya ya, hehehe.. oh ya Mik, aku dengar dari orang tuamu kamu merubah penampilan mu demi membuat ku takjub ya? Mika sayang, kamu so sweet banget sih.,
          Mik, aku gak sabar mau ketemu sahabat terbaik aku, aku juga gak sabar mau melihat penampilan kamu. Kamu pasti akan sangat cantik, kamu luar biasa mik. Aku salut sama kamu.
          Next time kalo aku udah nyampe di Bali kita seneng-seneng ya ,, bya mika ..

                   Salam persahabatan,
Lenna


                “2 hari lagi? Oh my God.” Pekik Mika. Dia sangat terkejut. Bukankah kurang lebih 2 minggu Lenna akan ke Bali. Penampilan Mika belum sempurna sesuai keinginan Lenna. Tapi dia berharap Lenna tidak sadar akan semua itu.
                “Aku berharap lenna akan menyibukkan dirinya dengan hal-hal gila yang di rencanakannya.” Batinnya dalam hati.



                Hari ini Mika bersiap-siap menunggu kedatangan Lenna, sahabat nya. Tapi hingga sore ini Lenna tak kelihatan batang hidung nya. Mika mulai khawatir.
                “Kira-kira satu jam lagi.” Celetuk Ayah nya dari belakang. Ternyata ayah dan bunda nya memperhatikan gerak-gerik Mika yang sedang cemberut menunggu kedatangan Lenna. “Ayah…” timpalnya.
                “Itu mobil Lenna..” teriak Mika dengan sangat gembira. Mika terlihat sangat kaget ketika melihat sahabatnya turun dengan kursi roda. Air mata Mika jatuh tanpa dia sadari. “Len.. lenna..?”  ucapna dengan terbata-bata.
                “Hay Mik…” sahut lenna dengan nada Bahagia. “kenapa menangis?” tanyanya kembali. Mika langsung memeluk Lenna. “Kenapa harus kursi roda?” tanya Mika dalam pelukan Lena. “Tidak bisa aku jelaskan.” Sahutnya.
                Mika menghapus air matanya perlahan, Lenna hanya mampu tersenyum tipis melihat Mika yang begitu cantik hari ini. Dengan menggunakan Dress dan make-up natural di wajahnya. “Kamu cantik sekali mika..”  kata Lenna kagum.
                Beberapa setelah basa-basi Lenna menceritakan maksud dan tujuannya datang ke Bali untuk menemui Mika. Dia datang ke Bali hanya untuk berpamitan kepada Mika. Semua rencana yang di buat Lenna dalam surat nya palsu. Dia berharap agar Mika mau bertemu dengannya. Dia akan pergi ke luar negri untuk berobat. Penyakit Kanker membuat nya tidak berdaya, bahkan untuk berjalan pun tak mampu.
                “Jadi kamu… kamu bohongin aku? Aku gak tau harus bilang apa Len. Aku.. aku turut sedih liat kondisi kamu. Aku berdoa untuk kesembuhan kamu.” Kata Mika dengan penuh isak tangis kepedihan. “Aku pasti akan menemui mu lagi Mik.” Jawabnya.
               

                Lenna hanya menginap satu hari di rumah Mika, pagi-pagi sekali mereka pergi dari rumah itu. Mika sangat mengharapkan kesembuhan sahabat nya. Dia tahu bagaimana sakit yang dirasakan oleh sahabat terbaiknya.

                “Tuhan pasti akan memberi mu kesembuhan.” Doanya.

KENANGAN TERINDAH

Mungkin hanya sebatas rindu yang dia miliki. Mungkin hanya sebatas angin malam yang dia rasakan. Tepat 1 tahun setelah kejadian mengerikan itu, saat kekasih nya pergi untuk selamanya.
          Dalam setiap hembus nafasnya akan ada seuntai kenangan dan selembar kehidupan kecil yang bahagia, yang pernah dia alami dulu sebelum kini menjadi sebuah kenangan. Kenangan yang menyimpan banyak hal indah, kenangan yang menyimpan sejuta perasaan dan kenangan yang menyimpan cinta.
          “Tepat satu tahun..” ucapnya perlahan. Sahabat yang menemaninya menoleh padanya dengan penuh rasa iba. “Udahlah Cik, semua udah berlalu. Kamu gak mungkin selamanya hidup dalam baying-bayang Dimas.” Sahutnya.
          Cika tak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Kenangan nya semakin hari semakin dia rindukan. Terlebih lagi saat mereka merayakan hari jadi mereka yang ke 3 tahun. Teringat ucapan Dimas yang selalu bergema di telinga Cika. Tapi dia hanya mampu menutupi luka hatinya. Dan hanya Raisa, sahabat nya yang mengetahui dirinya.

1 tahun yang lalu

          Malam itu terasa indah bagi mereka berdua. Cika dan  Dimas. Tepat di hari jadi mereka yang ke 3 tahun. Dimas menyiapkan segala sesuatu nya. Dari hal yang terkecil hingga hal yang paling romantic yang akan dia tunjukkan pada gadis nya, Cika.
          “Dim, kita akan kemana ?” ungkap Cika ketika Dimas menutup matanya dengan kain hitam dan perlahan menuntun Cika menuju sebuah taman yang telah di setting demikian rupa.
          “Aku yakin, kamu nanti akan suka. Kamu ikuti saja kemana langkahku akan membawa mu pergi.” Jawabnya.
          Beberapa menit kemudian tampak udara malam yang begitu dingin, Cik hanya bisa meringis dan menggenggam tangan Dimas dengan erat. Dimas menyadari akan hal itu. “Sabar ya sayang, nanti akan ada kejutan untukmu. Aku janji tidak akan membuat mu kecewa.”
          Tiba saatnya di sebuah taman. Dimas membuka kain yang menutup mataku secara perlahan. “Hitungan ketiga buka mata ya..” ucapnya.
          Betapa indah nya malam ini. Lilin-lilin melingkariku dan membentuk lambang cinta, meja yang dihias sangat rapi, hingga kembang api yang saling bersahutan di atas langit indah menambah suasana romantic yang pernah aku alami.
          “Dim, kamu.. kamu yang nyiapin semua ini?” tanyaku sedikit tak percaya. Indah sekali, sulit untuk ku percaya malam ini terjadi begitu special. “Ada satu hal lagi Cik, tapi aku sedikit ragu.” Timpal nya.
          “Hemb.. apa?”ucap ku penasaran.
          Dengan sedikit gugup dia mengeluarkan sesuatu dalam saku kemeja nya. Mungkin itu…
          Dalam hitungan menit Dimas beesujud di bawah Cika dan mengambil tangan Cika, “Would you marry me? I love you for all my heart. I would u be my wife. We can life forever, always be together, would you?”
          Seperti di setrum rasanya. Aku mengangguk perlahan dan Dimas tersenyum bahagia. Dia memasangkan cincin itu di jari Cika dengan penuh rasa cinta. Hari ini terasa special buat mereka berdua.

          Hal lain yang terjadi saat itu, mobil  mereka mengalami kecelakaan. Mereka menabrak sebuah truk yang berlawanan arah dengan mobil Dimas. Dimas tak dapat menyelamatkan diri, Cika berhasil keluar dari mobil itu setelah berusaha dengan susah payah. Tak ada orang lain disana selain mereka . beberapa saat mobil Dimas meledak, Dimas berada di dalam mobil itu.
          Begitu perih hati Cika akan kejadian itu, dia tak mampu untuk berkata-kata. Malam yang begitu indah berganti menjadi malam yang begitu mengerikan. Dimana pada hari itu adalah hari dimana dia harus kehilangan Dimas, kekasih nya.

***

          “Cik, hal yang kita takuti terkadang memang telah terjadi, tapi kamu harus yakin, dimas akan selalu hidup dalam hati mu, dimas akan selalu menjadi malaikat untuk mu. Percayalah, Kalian akan bertemu kembali, mungkin kamu harus mengikhlas kan kepergiannya.” Raisa mencoba untuk menghibur Cika.

          Nasi memang sudah menjadi bubur, yang tak mungkin dapat di rubah kembali. yang harus kita lakukan hanyalah mencoba untuk ikhlas dan pasrah. 

MEMETIK BINTANG

           Bintang, bisakah kau menunjukkan sesuatu yang indah padaku. Hai Bulan , dapatkah kau pancarkan cahaya mu pada hatiku. Kekuatan akan cinta itu yang aku mau. Aku hidup selalu dalam kegelisahan, tanpa cahaya terang yang mampu menyejukkan hatiku. Tanpa adanya kasih sayang dari seseorang yang aku inginkan.
            Elika, itu namaku. Aku anak pertama dan tak memiliki saudara. Ayah dan ibuku tak pernah peduli padaku, sekalipun aku anak kandung mereka. Mereka terlalu sibuk atas pekerjaan mereka. Ya inilah, ya itulah, keluar kotalah, keluar negri lah, dan aku hanya bisa menonton televisi usai sekolah. Yang merawat ku hanya bibik.
            Mungkin saja aku salah satu orang yang paling tidak beruntung di dunia ini. Kehidupan ku tak lebih dari seorang anak yang broken home.
            “El, lusa mama akan pergi ke Ausie, karna ada meeting penting dari clien mama. Kamu di rumah saja ya. Mungkin…” ungkapnya dengan nada yang datar. Tak pernah memikirkan bagaimana perasaanku saat dia katakan akan pergi ke Ausie, dan pergi tanpa AKU, anaknya. Bergegas aku berlari menaiki tangga dan meninggalkan Mama yang masih belum sempat menyelesaikan separuh kalimat nya.
          “Mama sama Papa sama aja, tak pernah ada untuk ku, aku seperti anak tiri yang tak pernah di perhatikan.” Ucap ku terus berlari. Tak peduli apa jawabnya.

Ambilkan bulan bu..
Ambilkan bulan bu..
Yang selalu bersinar di langit..
Di langit bulan menderang..
Cahya nya sampai ke bintang..
Ambilkan bulan bu..
Untuk menerangi, tidur ku yang lelap..
Di malam gelap….

            Penggalan lirik itu aku perhatikan sambil terus menangis. Isak tangis yang tak dapat aku hentikan, Lusa aku akan kembali sendiri di rumah. Ya… sendirian.


***

            Malam ini terasa sangat dingin bagiku, tapi aku tetap berjalan ke taman. “Akan ku lihat bintang teindah di sana.” Pikirku sambil terus berjalan.
            Aku terdiam sejenak, ‘ada yang mengikutiku’, batinku. Langkah ku semakin cepat, degup jantung ku juga semakin lama semakin tak menentu. “Siapapun itu tolong jangan mengikutiku.” Teriak ku dan menoleh ke belakang. Tak ada siapa pun di sini selain aku dan udara yang dingin. Apa aku hanya menghayal? Tapi  rasa-rasanya memang ada yang mengikutiku. Aku memandangi keadaan sekeliling, tapi tak kutemukan sesuatu yang mencurigakan.
            Ah.. mungkin hanya perasaan ku saja, pikirku. Aku kembali melanjutkan langkaku, tapi sesuatu terasa berjalan mengikutiku kembali. dengan cepat aku menoleh kebelakang. Ehmb, aneh, mungkin aku harus berlari dan menjauh dari tempat ini, dan ketika aku berbalik ada seseorang di hadapanku tengah tersenyum padaku. “PAPA?” pekik ku.
            “Anak nakal, malam-malam begini masih bisa keluyuran. Syukur yang mengikuti mu Papa, kalau orang jahat bagaimana?” katanya sambil tertawa.  “Tidak lucu.” Kataku dan beranjak pergi meninggalkan laki-laki yang kusebut papa.
           

***

            Aku ingin memetik bintang di atas sana. Merasakan keindahannya dan keabadiannya. Hanya bintang yang mampu lengkapi cahaya dalam hatiku.
            Hari ini Mama dan Papa akan berangkat ke Ausie. Selama seminggu aku akan ditinggalkan di sini. Tapi aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan yang seperti ini, jadi tak masalah bagiku. Sekalipun selamanya aku akan tetap tidak peduli. Bintang akan selalu menemani ku.
           

            “Pesawat Mama dan Papa akan terbang jam berapa?” tanya ku ketika mereka akan beranjak menaiki mobil dan pergi ke bandara.  “2 jam dari sekarang sayang.” Jawab Mama. Kemudian mama memelukku dan memberiku sesuatu.
          
  “Bintang?”  ucap ku. “Bintang ini akan menemani mu di sini, selama mama dan papa pergi. Mama harap kamu mau menjaga bintang kecil ini. Mama berikan ini padamu karna mama percaya kamu akan merawat bintang ini dan menyayangi bintang ini. Elika, mama sayang kamu, mama mau kamu mengerti akan kesibukan mama. Ini semua mama lakukan untuk masa depan mu. Kamu anak mama satu-satunya. Percayalah sayang, suatu saat nanti kita akan pergi bersama. Mama janji akan mengajak mu ke bukit bintang. Tempat dimana kamu bisa melihat bintang sepuas hatimu.” Ucap nya dengan nada penuh rasa.

 “Apa mama memetik bintang ini untuk ku?”
“Iya, dan nanti akan ada banyak bintang yang akan kamu petik dengan tangan mu sendiri. El, mama dan papa harus pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik.” Balasnya.
“Aku pasti akan merindukan mama.”

Sedetik kemudian mama menghilang dari pandangan mataku. Mobilnya melaju sangat cepat karna mengejar waktu.
‘Ma.. aku berjanji akan menjaga bintang ini. Dan kepulangan mama dan papa akan selalu aku tunggu. Aku berjanji..’ 

Hal terindah yang aku miliki. Aku tidak akan pernah melepas semua ini. Dan hari ini adalah hari yang paling indah sekaligus hari dimana aku dapat memetik bintang ku sendiri. Dan hari ini terjadi karena Mama.

Páginas

Translate Language

Followers