Aku benci Ibu ku, dia tak
pernah mengerti aku, buat apa aku memiliki seorang ibu dan bila pada akhirnya
dia selalu menyalahkan ku. Surga ada di telapak kaki Ibu? Yang benar saja?
Surga ya surga, gak ada surga di telapak kaki ibu.
“Nak, Ibu mau kamu mengantarkan kue ini ke tetangga
sebelah ya, ibu sudah tidak kuat jalan..” kata perempuan tua yang ku sebut ibu
itu. Mengantarkan kue? Iyuh, tak ada yang lain apa? Shopping kek, hunting, atau
syuting gitu yang di perintah kan, baru
aku akan mau menuruti nya.
“Eh buk, kalo gak kuat jalan mending gak usah buat
kue deh, nyusahin aja, Rina mau pergi jalan-jalan tauk sama temen-temen. Enak aja
nyuruh-nyuruh, emang Gue Babu Lo..?” jawab ku membentak. Dasar ibu-ibu tua,
Ngerepotin!
Dalam beberapa hari ini aku sangat jijik melihat
orang itu (Ibu). Setiap batuk selalu saja ada darah nya, udah kayak sakit berat
aja. Udah miskin, penyakitan pula. Aku gak akan mau punya Ibu seperti itu, tapi
sayang nya kenapa dia harus jadi Ibu ku? Tuhan itu bener-bener gak adil.
“Rin, gak sembahyang dulu ke Pura? Sekarang kan ada
Odalan di Pura. Ibu sudah buatkan canang sama banten keben. Malu sama orang,
gak pernah ke Pura, kalo ibu sehat ibu pasti sudah tangkil.” Kata ibu-ibu tua
itu. “Bu, penting gitu ke Pura? Pergi
aja sendiri. Sok-sok sakit lagi. Mati aja deh!
Hidup juga gak guna.”
Ibu marah besar padaku. Katanya sih aku nyumpahin
dia. Trus kalo dia udah marah ngaruh
gitu buat aku? Gak oke banget tuh ibuk-ibuk tua bauk tanah. Miskin bangeeettt…..
“Halaah, paling juga nyampe pura Cuma duduk trus
pulang. Bikin capek, mneding tidur di rumah.”
“Kamu jangan macam-macam ya sama Sang Hyang Widhi,
kamu tidak tau apa. Leluhur mu bisa marah kalau kamu tidak pernah sembahyang. Ibu
sudah tidak bisa mendidik kamu lagi. Mungkin kalau ibu mati kamu baru sadar dan
menderita. Tak pernah hormat pada Ibu dan Leluhur kamu.” Hahahahha… kayak
balian banyak oceh.
“Yaa.. mati dah , bagus lagi. Sekalian aja bakar
diri, biar Rina gak susah-susah ngurusin mayat Ibu.”
“Emang anak durhaka kamu Rina…”
Seminggu kemudian doa ku terkabul, IBU MATI! Hahaha… gak ada yang ngelarang-larang aku sekarang. Bahkan aku
bebas mau ngajak siapa ke rumah. Mau ngelakuin apa itu gak masalah. Aku bebas..
Bebaaaasss…..
Arik pacar ku selalu aku suruh datang ke rumah dengan
alasan Takut sendirian karna Ibu pergi. Dan dia pun dengan senang hati datang
ke rumah. Setiap hari aku melakukan hubungan suami-istri dengan Arik, tapi
ternyata setelah itu, aku hamil.
Disinilah awal dari penderitaan ku, Arik pacar ku tak
mau bertanggung jawab, dia bahkan mengatakan bahwa itu bukan anak nya. Padahal aku
tidak pernah melakukannya dengan orang lain. “Aku bukan ayah dari anak itu. Aku
tau kok kalau kamu itu pecun, sering tidur ama cowok lain.” Begitu yang sering
di ucapkannya padaku setiap kali aku meminta pertanggung jawaban darinya.
Dengan berat hati aku menggugurkan anak ini, tapi
setelah itu aku mengalami penyakit yang begitu berbahaya. Kanker rahim.
Ibu, seandainya kau masih di sini, aku tidak akan
sendirian ibu. Ibu, Rina takut.
“Ini akibat nya kalau kamu tidak punya etika dan
sopan santun. Kamu juga durhaka pada Alm. ibu kamu. Sebaiknya usul paman kamu
berdoa saja. Mungkin ini Karma Phala mu.” Kata paman menghibur ku.
“Tapi Paman, aku… aku tidak bisa..” jawabku sambil
meneteskan air mata penyesalan.
“Tapi kenapa Rin? Paman yakin Ibu mu mau menerima doa
permintaan maaf mu.”
“Tapi… Rina.. Rina gak ngerti bagaimana caranya
berdoa. Rina takut kalau rina salah berdoa.”
“Kenapa sampai kamu tidak bisa berdoa? Kamu benar-benar….”
“Maaf Paman. Boleh Rina minta satu permintaan pada
Paman?” tanyaku berharap.
“Apa?”
“Tolong doakan ibu, tolong sampaikan permohonan maaf
Rina ke Ibu. Rina titip doa untuk Ibu.”
“Rinaa…”
“Paman, tolong Rina. Bantu Rina.”
“Baiklah, akan paman lakukan.” Mendengar jawaban itu
hatiku sedikit lega. Tapi rasa sakit ini tidak dapat aku pungkiri. Sangat sakit.
Mungkin inilah penderitaan yang pernah aku berikan pada Ibu ku. Mungkin inilah
Karma ku. Ibu benar, leluhur akan marah besar pada ku.
Yang bisa aku lakukan hanya lah satu. Pasrah. Aku hanya
menitipkan doa ku untuk ibu ku yang kini berada di Surga. Aku titip kan doaku
pada mu.. Paman...
Sekarang aku percaya, bahwa surga berada di telapak
kaki Ibu.