Secondhand Serenade - Your call


Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry 
call I'm desperate for your voice 
Listening to the song we used to sing 
In the car, do you remember 
Butterfly, Early Summer 
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet 


Cause I was born to tell you I love you 
and I am torn to do what I have to, to make you mine 
Stay with me tonight 

Stripped and polished, I am new, I am fresh 
I am feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh 
Cause every breath that you will take 
when you are sitting next to me 
will bring life into my deepest hopes, What's your fantasy? 
(What's your, what's your, what's your...)

Cause I was born to tell you I love you 
and I am torn to do what I have to, to make you mine 
Stay with me tonight 

And I'm tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home 
x4 
(I know everything you wanted isn't anything you have) 

Cause I was born to tell you I love you 
and I am torn to do what I have to, to make you mine 
Stay with me tonight 

Cause I was born to tell you I love you 
and I am torn to do what I have to, to make you mine 
Stay with me tonight 
(I know everything you wanted isn't anything you have)

Banyak Hal


          Banyak hal di dunia ini yang tidak kita ketahui. Seperti asing rasanya, entah itu jalan hidup kita, takdir hidup kita ataupun tujuan hidup kita. Seperti ikan-ikan yang berenang di bawah ombak, hanya mengikuti alunan dan deburan ombak, tapi tak tahu kemana mereka akan berlabuh dan kemana ombak-ombak itu membawa mereka. Sama seperti burung, mereka terbang mengikuti angin, angin yang membawa mereka terbang hingga jauh, dan bila mereka melawan angin, maka mereka akan terjatuh. Itulah kehidupan, kita berjalan mengikuti arah, waktu, dan takdir.
         

          Banyak hal di dunia ini yang tidak kita inginkan. Diantaranya kematian. Bilamana kita berkata ingin selalu hidup dalam dunia ini, tapi garis tangan kita menentukan hal yang sebaliknya. Andaikata kematian kita berada di depan mata kita, di hadapan kita, kita tak perlu ragu untuk masuk ke dalam pintu ajaib tuhan, karena kita akan mendapatkan tempat sesuai dengan perbuatan kita di duniawi. Hal yang perlu kita takutkan adalah bagaimana perbuatan buruk kita menghukum kita di dunia lain, dan bagaimana perbuatan buruk itu kita rubah menjadi perbuatan yang baik.


          Banyak hal di dunia ini yang tak pernah di susun rapi sesuai keinginan kita. Terkadang hanya menjadi mimpi yang tak akan menjadi kenyataan. Bahkan hanya sekedar berharap sudah lebih dari cukup bagi kita. Khayalan kita akan selalu menjadi arang, semakin terbakar semakin habis dan tidak akan berguna lagi. Bagi segelintir orang, mereka lah penghayal yang abadi.


          Menuntut sikap yang adil, tetapi kita yang di adili. Menuntut mereka yang bersalah, tetapi kita yang selalu di salahkan.

          Hidup memang tak semudah membalikkan telapak tangan..

Titip DoaUntuk Ibu


                 Aku benci Ibu ku, dia tak pernah mengerti aku, buat apa aku memiliki seorang ibu dan bila pada akhirnya dia selalu menyalahkan ku. Surga ada di telapak kaki Ibu? Yang benar saja? Surga ya surga, gak ada surga di telapak kaki ibu.
                “Nak, Ibu mau kamu mengantarkan kue ini ke tetangga sebelah ya, ibu sudah tidak kuat jalan..” kata perempuan tua yang ku sebut ibu itu. Mengantarkan kue? Iyuh, tak ada yang lain apa? Shopping kek, hunting, atau syuting gitu yang di  perintah kan, baru aku akan mau menuruti nya.
                “Eh buk, kalo gak kuat jalan mending gak usah buat kue deh, nyusahin aja, Rina mau pergi jalan-jalan tauk sama temen-temen. Enak aja nyuruh-nyuruh, emang Gue Babu Lo..?” jawab ku membentak. Dasar ibu-ibu tua, Ngerepotin!

                Dalam beberapa hari ini aku sangat jijik melihat orang itu (Ibu). Setiap batuk selalu saja ada darah nya, udah kayak sakit berat aja. Udah miskin, penyakitan pula. Aku gak akan mau punya Ibu seperti itu, tapi sayang nya kenapa dia harus jadi Ibu ku? Tuhan itu bener-bener gak adil.
                “Rin, gak sembahyang dulu ke Pura? Sekarang kan ada Odalan di Pura. Ibu sudah buatkan canang sama banten keben. Malu sama orang, gak pernah ke Pura, kalo ibu sehat ibu pasti sudah tangkil.” Kata ibu-ibu tua itu.  “Bu, penting gitu ke Pura? Pergi aja sendiri. Sok-sok sakit lagi. Mati aja deh!  Hidup juga gak guna.”
                Ibu marah besar padaku. Katanya sih aku nyumpahin dia. Trus kalo dia udah marah  ngaruh gitu buat aku? Gak oke banget tuh ibuk-ibuk tua bauk tanah. Miskin bangeeettt…..
                “Halaah, paling juga nyampe pura Cuma duduk trus pulang. Bikin capek, mneding tidur di rumah.”
                “Kamu jangan macam-macam ya sama Sang Hyang Widhi, kamu tidak tau apa. Leluhur mu bisa marah kalau kamu tidak pernah sembahyang. Ibu sudah tidak bisa mendidik kamu lagi. Mungkin kalau ibu mati kamu baru sadar dan menderita. Tak pernah hormat pada Ibu dan Leluhur kamu.” Hahahahha… kayak balian banyak oceh.
                “Yaa.. mati dah , bagus lagi. Sekalian aja bakar diri, biar Rina gak susah-susah ngurusin mayat Ibu.”
                “Emang anak durhaka kamu Rina…”


                Seminggu kemudian doa ku terkabul, IBU MATI!  Hahaha… gak ada yang  ngelarang-larang aku sekarang. Bahkan aku bebas mau ngajak siapa ke rumah. Mau ngelakuin apa itu gak masalah. Aku bebas.. Bebaaaasss…..
                Arik pacar ku selalu aku suruh datang ke rumah dengan alasan Takut sendirian karna Ibu pergi. Dan dia pun dengan senang hati datang ke rumah. Setiap hari aku melakukan hubungan suami-istri dengan Arik, tapi ternyata setelah itu, aku hamil.
                Disinilah awal dari penderitaan ku, Arik pacar ku tak mau bertanggung jawab, dia bahkan mengatakan bahwa itu bukan anak nya. Padahal aku tidak pernah melakukannya dengan orang lain. “Aku bukan ayah dari anak itu. Aku tau kok kalau kamu itu pecun, sering tidur ama cowok lain.” Begitu yang sering di ucapkannya padaku setiap kali aku meminta pertanggung jawaban darinya.
                Dengan berat hati aku menggugurkan anak ini, tapi setelah itu aku mengalami penyakit yang begitu berbahaya. Kanker rahim.
               
               
                Ibu, seandainya kau masih di sini, aku tidak akan sendirian ibu. Ibu, Rina takut.
                “Ini akibat nya kalau kamu tidak punya etika dan sopan santun. Kamu juga durhaka pada Alm. ibu kamu. Sebaiknya usul paman kamu berdoa saja. Mungkin ini Karma Phala mu.” Kata paman menghibur ku.
                “Tapi Paman, aku… aku tidak bisa..” jawabku sambil meneteskan air mata penyesalan.
                “Tapi kenapa Rin? Paman yakin Ibu mu mau menerima doa permintaan maaf mu.”
                “Tapi… Rina.. Rina gak ngerti bagaimana caranya berdoa. Rina takut kalau rina salah berdoa.”
                “Kenapa sampai kamu tidak bisa berdoa? Kamu benar-benar….”
                “Maaf Paman. Boleh Rina minta satu permintaan pada Paman?” tanyaku berharap.
                “Apa?”
                “Tolong doakan ibu, tolong sampaikan permohonan maaf Rina ke Ibu. Rina titip doa untuk Ibu.”
                “Rinaa…”
                “Paman, tolong Rina. Bantu Rina.”
                “Baiklah, akan paman lakukan.” Mendengar jawaban itu hatiku sedikit lega. Tapi rasa sakit ini tidak dapat aku pungkiri. Sangat sakit. Mungkin inilah penderitaan yang pernah aku berikan pada Ibu ku. Mungkin inilah Karma ku. Ibu benar, leluhur akan marah besar pada ku.
                Yang bisa aku lakukan hanya lah satu. Pasrah. Aku hanya menitipkan doa ku untuk ibu ku yang kini berada di Surga. Aku titip kan doaku pada mu.. Paman...
                Sekarang aku percaya, bahwa surga berada di telapak kaki Ibu.

AsryListya (AL). Diberdayakan oleh Blogger.

Who's Come

Recent Comments

I LOVE IT !
I Love My Self :)
  • "KENANGAN TERINDAH"

Chat Me

My Imagine

Secondhand Serenade - Your call


Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry 
call I'm desperate for your voice 
Listening to the song we used to sing 
In the car, do you remember 
Butterfly, Early Summer 
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet 


Cause I was born to tell you I love you 
and I am torn to do what I have to, to make you mine 
Stay with me tonight 

Stripped and polished, I am new, I am fresh 
I am feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh 
Cause every breath that you will take 
when you are sitting next to me 
will bring life into my deepest hopes, What's your fantasy? 
(What's your, what's your, what's your...)

Cause I was born to tell you I love you 
and I am torn to do what I have to, to make you mine 
Stay with me tonight 

And I'm tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home 
x4 
(I know everything you wanted isn't anything you have) 

Cause I was born to tell you I love you 
and I am torn to do what I have to, to make you mine 
Stay with me tonight 

Cause I was born to tell you I love you 
and I am torn to do what I have to, to make you mine 
Stay with me tonight 
(I know everything you wanted isn't anything you have)

Banyak Hal


          Banyak hal di dunia ini yang tidak kita ketahui. Seperti asing rasanya, entah itu jalan hidup kita, takdir hidup kita ataupun tujuan hidup kita. Seperti ikan-ikan yang berenang di bawah ombak, hanya mengikuti alunan dan deburan ombak, tapi tak tahu kemana mereka akan berlabuh dan kemana ombak-ombak itu membawa mereka. Sama seperti burung, mereka terbang mengikuti angin, angin yang membawa mereka terbang hingga jauh, dan bila mereka melawan angin, maka mereka akan terjatuh. Itulah kehidupan, kita berjalan mengikuti arah, waktu, dan takdir.
         

          Banyak hal di dunia ini yang tidak kita inginkan. Diantaranya kematian. Bilamana kita berkata ingin selalu hidup dalam dunia ini, tapi garis tangan kita menentukan hal yang sebaliknya. Andaikata kematian kita berada di depan mata kita, di hadapan kita, kita tak perlu ragu untuk masuk ke dalam pintu ajaib tuhan, karena kita akan mendapatkan tempat sesuai dengan perbuatan kita di duniawi. Hal yang perlu kita takutkan adalah bagaimana perbuatan buruk kita menghukum kita di dunia lain, dan bagaimana perbuatan buruk itu kita rubah menjadi perbuatan yang baik.


          Banyak hal di dunia ini yang tak pernah di susun rapi sesuai keinginan kita. Terkadang hanya menjadi mimpi yang tak akan menjadi kenyataan. Bahkan hanya sekedar berharap sudah lebih dari cukup bagi kita. Khayalan kita akan selalu menjadi arang, semakin terbakar semakin habis dan tidak akan berguna lagi. Bagi segelintir orang, mereka lah penghayal yang abadi.


          Menuntut sikap yang adil, tetapi kita yang di adili. Menuntut mereka yang bersalah, tetapi kita yang selalu di salahkan.

          Hidup memang tak semudah membalikkan telapak tangan..

Titip DoaUntuk Ibu


                 Aku benci Ibu ku, dia tak pernah mengerti aku, buat apa aku memiliki seorang ibu dan bila pada akhirnya dia selalu menyalahkan ku. Surga ada di telapak kaki Ibu? Yang benar saja? Surga ya surga, gak ada surga di telapak kaki ibu.
                “Nak, Ibu mau kamu mengantarkan kue ini ke tetangga sebelah ya, ibu sudah tidak kuat jalan..” kata perempuan tua yang ku sebut ibu itu. Mengantarkan kue? Iyuh, tak ada yang lain apa? Shopping kek, hunting, atau syuting gitu yang di  perintah kan, baru aku akan mau menuruti nya.
                “Eh buk, kalo gak kuat jalan mending gak usah buat kue deh, nyusahin aja, Rina mau pergi jalan-jalan tauk sama temen-temen. Enak aja nyuruh-nyuruh, emang Gue Babu Lo..?” jawab ku membentak. Dasar ibu-ibu tua, Ngerepotin!

                Dalam beberapa hari ini aku sangat jijik melihat orang itu (Ibu). Setiap batuk selalu saja ada darah nya, udah kayak sakit berat aja. Udah miskin, penyakitan pula. Aku gak akan mau punya Ibu seperti itu, tapi sayang nya kenapa dia harus jadi Ibu ku? Tuhan itu bener-bener gak adil.
                “Rin, gak sembahyang dulu ke Pura? Sekarang kan ada Odalan di Pura. Ibu sudah buatkan canang sama banten keben. Malu sama orang, gak pernah ke Pura, kalo ibu sehat ibu pasti sudah tangkil.” Kata ibu-ibu tua itu.  “Bu, penting gitu ke Pura? Pergi aja sendiri. Sok-sok sakit lagi. Mati aja deh!  Hidup juga gak guna.”
                Ibu marah besar padaku. Katanya sih aku nyumpahin dia. Trus kalo dia udah marah  ngaruh gitu buat aku? Gak oke banget tuh ibuk-ibuk tua bauk tanah. Miskin bangeeettt…..
                “Halaah, paling juga nyampe pura Cuma duduk trus pulang. Bikin capek, mneding tidur di rumah.”
                “Kamu jangan macam-macam ya sama Sang Hyang Widhi, kamu tidak tau apa. Leluhur mu bisa marah kalau kamu tidak pernah sembahyang. Ibu sudah tidak bisa mendidik kamu lagi. Mungkin kalau ibu mati kamu baru sadar dan menderita. Tak pernah hormat pada Ibu dan Leluhur kamu.” Hahahahha… kayak balian banyak oceh.
                “Yaa.. mati dah , bagus lagi. Sekalian aja bakar diri, biar Rina gak susah-susah ngurusin mayat Ibu.”
                “Emang anak durhaka kamu Rina…”


                Seminggu kemudian doa ku terkabul, IBU MATI!  Hahaha… gak ada yang  ngelarang-larang aku sekarang. Bahkan aku bebas mau ngajak siapa ke rumah. Mau ngelakuin apa itu gak masalah. Aku bebas.. Bebaaaasss…..
                Arik pacar ku selalu aku suruh datang ke rumah dengan alasan Takut sendirian karna Ibu pergi. Dan dia pun dengan senang hati datang ke rumah. Setiap hari aku melakukan hubungan suami-istri dengan Arik, tapi ternyata setelah itu, aku hamil.
                Disinilah awal dari penderitaan ku, Arik pacar ku tak mau bertanggung jawab, dia bahkan mengatakan bahwa itu bukan anak nya. Padahal aku tidak pernah melakukannya dengan orang lain. “Aku bukan ayah dari anak itu. Aku tau kok kalau kamu itu pecun, sering tidur ama cowok lain.” Begitu yang sering di ucapkannya padaku setiap kali aku meminta pertanggung jawaban darinya.
                Dengan berat hati aku menggugurkan anak ini, tapi setelah itu aku mengalami penyakit yang begitu berbahaya. Kanker rahim.
               
               
                Ibu, seandainya kau masih di sini, aku tidak akan sendirian ibu. Ibu, Rina takut.
                “Ini akibat nya kalau kamu tidak punya etika dan sopan santun. Kamu juga durhaka pada Alm. ibu kamu. Sebaiknya usul paman kamu berdoa saja. Mungkin ini Karma Phala mu.” Kata paman menghibur ku.
                “Tapi Paman, aku… aku tidak bisa..” jawabku sambil meneteskan air mata penyesalan.
                “Tapi kenapa Rin? Paman yakin Ibu mu mau menerima doa permintaan maaf mu.”
                “Tapi… Rina.. Rina gak ngerti bagaimana caranya berdoa. Rina takut kalau rina salah berdoa.”
                “Kenapa sampai kamu tidak bisa berdoa? Kamu benar-benar….”
                “Maaf Paman. Boleh Rina minta satu permintaan pada Paman?” tanyaku berharap.
                “Apa?”
                “Tolong doakan ibu, tolong sampaikan permohonan maaf Rina ke Ibu. Rina titip doa untuk Ibu.”
                “Rinaa…”
                “Paman, tolong Rina. Bantu Rina.”
                “Baiklah, akan paman lakukan.” Mendengar jawaban itu hatiku sedikit lega. Tapi rasa sakit ini tidak dapat aku pungkiri. Sangat sakit. Mungkin inilah penderitaan yang pernah aku berikan pada Ibu ku. Mungkin inilah Karma ku. Ibu benar, leluhur akan marah besar pada ku.
                Yang bisa aku lakukan hanya lah satu. Pasrah. Aku hanya menitipkan doa ku untuk ibu ku yang kini berada di Surga. Aku titip kan doaku pada mu.. Paman...
                Sekarang aku percaya, bahwa surga berada di telapak kaki Ibu.

Páginas

Translate Language

Followers