BUKAN MAUT . !


             Dia kembali menjadi Geisha yang pendiam dan tak banyak bicara. Ayah dan ibunya telah meninggalkannya dalam kecelakaan maut beberapa hari yang lalu, sebelum nya kakak nya meninggal akibat penyakit Tumor hati yang di derita nya. Kemanapun dia pergi tak seorang pun menerima nya. Mereka menganggap dia adalah pembawa sial. Sepanjang hari dia menghabiskan waktu nya hanya untuk menangis di makam ayah, ibu dan kakaknya Ruth. Dia merasa sendiri, tanpa seseorang yang mau menerima nya dengan segala kekurangannya.
                Memang, tak semua hal di dunia ini akan abadi, tak semua hal di dunia ini realistis. Hidup itu  mampu melawan maut, menembus badai dan mampu menyebrangi jurang yang begitu dalam. Hanya saja, jika kehendak kita untuk tetap bertahan ada, maka segala keajaiban di dunia ini akan terlihat meski dengan mata telanjang. Hal yang paling sederhana sekalipun akan menjadi luar biasa. Dia selalu mengartikan hidup itu tantangan, dia selalu mengartikan hidup itu ujian. Tapi, dia tak pernah tau, hidup itu indah, indah jika dia mampu membuat hidupnya lebih berarti dari sekarang. Kehilangan bukan hal yang mempu menjatuhkannya, bukan hal yang mampu memisahkan jarak antara dia dan kebahagiaannya. Setiap tetes air mata nya yang jatuh ke bumi pertiwi adalah setiap tetes kepiluan hati yang sangat tajam ketika tersentuh oleh tangan.
                Dia selalu bermimpi, orang-orang yang dia sayang hadir di tengah-tengah nya, tapi itu hanya mimpi yang tak mungkin akan menjadi sebuah kenyataan. ‘Bagaimanapun aku hanya seorang diri, aku hanya anak yang paling sial sepanjang sejarah…’ pikirnya dalam hati, ketika dia tersadar akan mimpinya. Dia selalu menginginkan dan berharap akan adanya malaikat pencabut nyawa yang datang padanya dan menghentikan setiap detak jantungnya, tapi kenyataannya, dia sangat tersiksa. Ejekan orang-orang dan cemooh yang dia terima cukup membuatnya sakit hati.
“Eeeh, ada anak pembawa sial disini, haha, mana ibuk bapak mu hah? Ih, malu deh gak punya keluarga, emang enak. Hahahah..” begitu setiap ada anak-anak seusianya yang bertemu dengannya mengejek. Tapi baginya itu hanyalah teriakan angin-angin yang tak pantas untuk di dengar. Dia tetap berdiri tegar, melihat keatas langit dan berkata. ‘Aku bukan pembawa sial.’
Ada saatnya dia kembali menangis dalam kesedihan nya. Begitu dia tak dapat menahan air matanya, dia selalu bersabar mengahadapi setiap rintangan hidupnya. Tapi sakit hati tetap sakit hati, tak dapat di bayar tapi dapat di rubah menjadi sebuah rumus kehidupan. Tak seperti yang dia bayangkan, hidupnya hanyalah untuk bahan tertawaan dan bahan ejekan orang-orang. Hidupnya baru akan berarti jika ada seseorang yang datang padanya dan mengatakan padanya “Kau pantas untuk dipuji akan kebesaran hatimu untuk tetap berada di dunia neraka ini.”
Hingga beberapa bulan lamanya dia mampu bertahan dalam kekacauan hatinya. Tak pernah mendapatkan kebahagiaan dan selalu di selimuti oleh rasa haru yang begitu dalam. Usianya mungkin akan berakhir pada umur 16 tahun ini.
Penyakit yang sama dengan kakak nya, Tumor Hati kini telah merebut setiap senti pertahanan tubuh nya. Dia selalu merasa kesakitan yang mencekik bagian dalam tubuhnya. Tak ada pengobatan, sama seperti kakak nya dulu. Bahkan hanya untuk berjalan mencari setetes air pun dia tak sanggup, hingga akhirnya hidup nya terhenti sampai disini. Jantung nya tak lagi berdetak, nadi nya terhenti. Wajahnya seketika memutih dan pucat, gerangan-gerangan nya kini tak terdengar lagi. DIA PERGI.
Banyak mata memandangnya sinis, membiarkan tubuh mungilnya tergeletak di pinggir kota. Orang-orang tak ada yang meliriknya bahkan mereka menganggap nya sampah masyarakat. Mereka yang melintasinya bahkan membuang sampah plastik ke arah nya. Hidup atau mati tetap saja pandangan orang tak pernah berubah padanya.
Seorang pengemis tua menemukannya, kakek itu menguburkan tubuhnya tepat di sebelah makam ayah, ibu, dan kakaknya. Kakek itu berdoa untuk perjalanannya kembali kepada sang pencipta. Begitu tulus pengemis tua itu. Dan kini Gadis yang menjadi cemooh orang sudah pergi untuk selamanya. Mengubur mimpi dan cita-cita nya di dunia neraka ini. Kini dirinya Tak Akan Pernah Kembali.


2 HAL YANG BERBEDA


“…………..Hay dunia, apa kabar? Hari ini aku berhasil bangun dari tidurku. Entah apa yang akan terjadi pada ku selanjutnya. Tapi aku tidak akan memperdulikan nya.
            Hay dunia, apakah ada cerita baru hari ini? Aku ingin mendengarkan nya. Aku rasa aku ingin hidup ratusan tahun lagi. Aku ingin menjadi seseorang yang berguna, tidak menyusahkan siapapun. Aku ingin hidup atas perjuangan ku sendiri.
Hay malaikat-malaikat ku, terimakasih atas segala pengorbanan kalian. Aku bersyukur dapat berada di dunia ini walau hanya sebentar. Mungkin aku memang harus meninggalkan dunia ini. Kanker membuat ku ikhlas untuk pergi. Tapi aku takut , aku takut menyakiti orang-orang yang aku sayang, terlebih lagi ‘RENDY’  …….”
                                                                                                                        JANUARI  2012


“Rendy? Kamu gak apa-apa kan?” tanya seorang gadis di sebelah ku. Siska namanya. Dia adalah teman baik ku sekaligus teman pacar ku, Rini. “Iya sis.” Jawab ku seadanya.
Rini pacar ku, gadis berumur 17 tahun, sangat baik dan pintar. Sebulan yang lalu dia pergi meninggalkan ku dan semua kenangan kita. Hatiku sakit. Gadis itu telah berada di hidup ku selama 2 tahun 4 bulan. Tapi, sekalipun dia tidak pernah jujur padaku bahwa dia mengidap penyakit kanker otak. Aku mengetahui itu ketika saat-saat terakhir dia berada di dunia ini. Wajahnya begitu cantik dan manis. Aku sangat menyayangi nya, jujur aku sangat kehilangan gadis itu. Kanker telah merebut Rini dari ku, aku tak tahu apakah hati ku akan tetap baik-baik saja atau mungkin sebaliknya. Tapi, setelah kejadian itu, setalah Rini pergi dariku, aku merasakan ada segores luka di hatiku. Entah akan bertahan lama atau akan hilang seiring dengan berjalan nya waktu.
Siska, dia memiliki indra ke-6 , dia sering kali melihat sosok Rini yang berdiri menghadap ku, dia selalu bilang ‘Rini di sini untukmu.’ Dan tapi kenapa aku tidak dapat melihat nya? Kenapa?
Sore ini, aku kembali duduk di kursi taman sekolah. Tidak ada siapapun disini kecuali aku dan Siska. Dia memberikan ku secarik kertas kecil yang diambilnya dari kamar Rini beberapa hari yang lalu karena perintah dari Rini. Aku merasa tak berguna karena aku tak pernah tau akan apa yang terjadi pada gadis ku. Ya, aku hanya bisu.
“Ren, Rini di sini.” Kata Siska. Aku tak tahu apakah aku harus merasa senang ataukah sedih. “Percuma sis, Cuma kamu yang bisa ngeliat, aku gak bisa.” Jawabku
“Aku bisa bantu kamu menemui Rini. Aku tau kamu kangen dia, aku tau setelah kamu baca surat itu kamu sangat kehilangan dia.”
“Sis, aku bisa apa? Aku Cuma bisa denger kamu bilang kalo Rini di sini, tapi aku ? aku gak tau apa-apa. Kalo emang kamu bisa bantuin aku ketemu sama dia, buktikan.” Kemudian Siska menyuruh ku menutup mataku, dan ketika ada aba-aba, aku diminta nya untuk membuka mataku. Ketika aku membuka mata, benar saja. RINI.
Wajahnya masih sama seperti dulu, dia masih sangat cantik dan manis, hanya  saja matanya tidak seperti dulu, tatapan nya dingin dan kosong. Dia bukan seperti aku lagi, dia makhluk halus, bukan manusia. “Rin… ini kamu? Aku kangen sama kamu. Kenapa kamu pergi secepat itu tanpa mengucapkan apa-apa padaku. Rin, aku ingin kamu selalu ada di samping aku, bukannya pergi dari aku.”
Kedua bola mata itu mengeluarkan setetes air,hanya saja berbeda. Air mata yang dikeluarkannya seperti bola Kristal. “Rendy, maafin Rini, Rini tau ini akan berat buat kita. Tapi kamu harus tau, Rini selalu sama kamu.  Rini selalu minta bantuan Siska untuk apapun yang Rini mau. Jika suatu saat nanti kita berjodoh, Rini yakin kita akan bertemu dalam dunia yang berbeda. Percaya sama Rini, Rini selalu sayang kamu.” Suaranya begitu lembut dan indah.
“Apa kita tidak bisa bersama? Hanya beberapa waktu?”
“Kita tidak mungkin bisa sama-sama sekarang. Dunia kita berbeda. Dulu, aku dan kamu menjadi kita, dan sekarang aku adalah aku, dan kamu adalah kamu. Jangan sesali apa yang terjadi pada kita, kita adalah 2 hal yang berbeda. Kelak ketika kamu kangen sama aku, kamu tinggal bersiul.  Aku pasti akan ada buat kamu. Sebulan ini, apa yang kamu lakukan?”
“Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya menunggu waktu. Aku ingin kembali ke saat-saat kita pacaran dulu. Tapi….”
“Rendy, maaf, aku harus pergi.” Dan ketika itu Rini pergi dengan sangat cepat. Bahkan untuk mendengarkan ku pun dia tak sempat. Apa ini yang dinamakan sayang? Sedikit pun dia tak mengubris ku. Aah…
“Dia hanya tak bisa berlama-lama berada di dunia kita. Bukan karena dia tidak sayang kamu ren, kalian berbeda sekarang. Kalian bukan berada pada dunia yang sama, ikhlaskan. Dia datang kesini untuk meminta mu mengikhlaskan dia. Bukan apa-apa.” Kata siska yang sedari tadi hanya duduk terpaku melihat ku. Mungkin kali ini ada benarnya juga. Bagaimanapun aku harus melupakan Rini, bukan berarti aku tidak sayang. Tapi karena aku inginkan dia bahagia di dunia barunya. Aku tidak ingin mengikatnya di duniawi. Aku akan belajar untuk mengikhlaskannya. Demi dia, aku rela. Meski hatiku harus pedih, aku akan rela.


Ku berjalan terus tanpa henti
Dan dia pun kini telah pergi
Ku berdoa di tengah
Indahnya dunia
Ku berdoa untuk dia yang kurindukan

Memohon untuk tetap tinggal
Dan jangan engkau pergi lagi
Berselimut di tengah dingin dunia
Berselimut dengan dia yang kurindukan

Would it be nice to hold you ..
Would it be nice to take you home..
Would it be nice to kiss you..

Memohon untuk tetap tinggal
Dan jangan engkau pergi lagi
Bernyanyilah na na na na na
Bernyanyilah untuk dia yang kurindukan

Would it be nice to hold you ..
Would it be nice to take you home ..
Would it be nice to kiss you..

Jangan pernah lupakan aku
Jangan hilangkan diriku
Jangan pernah lupakan aku
Jangan hilangkan diriku
Jangan pernah lupakan aku
Jangan pergi dari aku

CINTA


Satu kata yang bermakna, cinta dalam kelopak mata. Begitu bermakna, begitu menyentuh hati yang terdalam. Satu kata yang berarti, cinta dalam halusinasi. Tak nyata namun mampu menjadikan itu sebagai kenyataan.

Cinta bukan sekedar kata-kata yang indah, tapi sebuah kata perwakilan hati. Cinta bukan sekedar halusinasi, tapi ada hati yang merasakan bagaimana cinta itu bergetar pada lubuk hati.

Bukan karena takut kehilangan cinta itu menjadi indah. Bukan karena ingin bersama cinta itu buta. Tetapi ada makna lain yang tersirat di dalamnya. Cinta bukan sekedar permainan dan lelucon tawa bagi segelintir orang, tetapi juga bagian dari hidup, bagian dari perjalanan kita di dunia ini.

Jangan pernah memilih cinta hanya untuk di permainkan. Cinta bukan tragedi, cinta itu suci. Yang  hanya dapat dirasakan oleh hati yang benar-benar bersih.

Ketahuilah, kita semua memiliki hati. Kita semua berasal dari sebuah cinta, dilahirkan karena cinta dan hidup berkat kasih sayang. Berikanlah cinta kepada orang-orang yang berada di sisi kita. Jadikan lah cinta itu sebagai prioritas utama dalam hidup kita.

Tapi, jangan sesekali memberikan cinta yang akan kita jalani seumur hidup kepada orang yang salah. Karena mereka tidak akan tahu apa sejatinya cinta tersebut.

               
                                                                                    By    :               A . L (DA)

Gadis Kecil Bermata Coklat


                Dia kembali merenungkan sesuatu. Sesuatu yang begitu mengganjal dalam hatinya. Dia bermimpi untuk tetap menjadi bintang, tetap menjadi peri kecil bagi semuanya. tak satupun yang mampu menjadikan nya sampah, tak seorang pun ingin membuang nya. Gadis kecil bermata coklat, bagaikan malaikat tak bersayap.
          Pakaian kumal yang dikenakan, sandal jepit yang sudah rusak, bahkan rambut lurus nya yang indah berubah menjadi rambut kusam yang tak terawat. Dulu dia memiliki kehidupan yang layak, tempat tinggal yang layak dan berkecukupan. Ayah nya tidak lama ini pergi meninggalkannya demi perempuan lain, dan dia tak pernah meengungkit – ngungkit dimana keberadaan ayah nya. Bahkan sekali waktu dia tak pernah memikirkan ayah nya yang telah mengkhianatinya, tapi ia selalu merindukan keberadaan ibunya. Gadis kecil bermata coklat hidup di tengah-tengah keramaian orang.  Entah berapa nyawa yang selalu memperhatikan gerak-geriknya, entah berapa orang yang dengan tulus menyayanginya.
          Gadis kecil bermata coklat, itu panggilan bagi nya setiap kali orang bertemu dengannya. Bagaikan mas permata bagi orang-orang sekelilingnya.



          Hari ini dia sangat ingin menerima peluk kasih sayang dari ibunya. Tapi, ibunya telah tiada, meninggalkan nya ketika usianya 6 bulan. Gadis kecil bermata coklat, sungguh kasihan jalan hidup yang dilalui nya. Hidup bergantung pada jalanan dan lampu merah, namun sangat di cintai oleh mereka yang mengenal nya.
          “Ulang tahun mu? Ini kado buat kamu…” ucap seorang lelaki tua setengah baya yang menghampirinya ketika gadis itu hendak menyebrang. Tapi gadis itu hanya menatap kemudian menunduk. Berulang kali kakek itu menanyakan perihal kepadanya, tapi ia hanya terdiam. “Kakek tau darimana hari ini ulang tahun Tiara? Tiara bahkan tidak mengenal kakek..” kata gadis itu. “Kakek tau dari siapa itu tidak penting, gadis baik seperti Tiara layak menerima hadiah ini.” Sahut kakek itu. Gadis kecil bermata coklat itu tak mampu menolak apa yang telah di berikan kakek itu kepadanya. Dia sangat menghormati setiap orang yang memberinya sesuatu, entah berupa makanan ataupun sandang pangan. Tapi dia selalu menolak jika diberikan uang, baginya  iya tidak membutuhkan uang, dia hanya membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari meraka yang mengasihani nya.
          Kado ulang tahun tidak begitu ia inginkan, gadis kecil bermata coklat hanya menginginkan kehangatan yang selama ini tak pernah ia dapatkan. Tak seperti anak-anak sebaya nya yang selalu di sayang dan diberikan kasih sayang. Dia selalu merasa sendiri, yang pada kenyataan dia tak pernah sendiri.
          Ini adalah ulang tahun nya yang ke-7, tak sekalipun pernah dirayakan. Bahkan dia tidak mengetahuinya. Hari ini segala keinginannya terpenuhi, seseorang menemui nya di trotoar jalan. Wanita yang begitu cantik dan anggun menghampirinya di pinggir jalan. “Gadis cantik, siapa kah namamu?” tanya wanita itu dengan ramah, tanpa menyebutkan siapa dirinya. “Tiara tante.” Jawab nya sekenanya. Tapi dia merasakan sesuatu dari wanita itu, entah mengapa hati nya terdorong untuk menatap mata wanita tersebut.. “Tiara ingin di peluk” ucap nya kembali. Wanita itu sedikit tercengang mendengar ucapan dari gadis kecil, tak berniat untuk menolak dia pun bersujud di tanah dan merangkul pundak gadis kecil itu. “Sayang, kenapa ?” tanya wanita itu sekilas.
          “Tante, tiara ingin di peluk bunda. Tiara ingin di peluk wanita yang sudah melahirkan Tiara…”
          Wanita itu menuruti kemauan gadis itu, dengan memeluk gadis itu, meski ia menemukan gadis itu di pinggir jalan dan ia sendiri hendak menanyakan alamat yang akan di tuju oleh nya. “Tiara, maaf , tante bukan bunda tiara..” kata wanita itu pelan, takut menyakiti hati Tiara.  “Tidak apa-apa tante, Tiara hanya ingin di peluk. Tiara ingin merasakan bagaimana di peluk. Ternyata sangat nyaman dan hangat..” katanya.
          “Kenapa Tiara sangat ingin di peluk?” tanya wanita itu.
          “Karena Tiara ingat bunda..”
          “Bunda Tiara ada dimana?” tanya nya kembali.
          “Bunda sudah pergi jauh ke Surga.” Katanya. “Tante , hari ini Tiara ulang tahun, tapi Tiara tidak tahu ulang tahun itu seperti apa, kenapa orang-orang selalu merayakan ulang tahun?” tanya gadis itu kembali. Gadis kecil bermata coklat, sama sekali tidak tahu akan makna hari ulang tahun.
          “Sayang, hari ulang tahun itu adalah hari dimana kamu dilahirkan. Kenapa Tiara bisa tahu bahwa hari ini Tiara Ulang Tahun?”
          “Tiara tidak tahu, hari ini ada seorang kakek baik yang memberikan kado pada Tiara, kakek itu bilang hari ini Tiara Ulang tahun tante. Tapi tiara tidak mengerti ulang tahun itu seperti apa.” Ucapnya dengan penuh keluguan.
          “Jadi Tiara belum pernah merayakan hari ulang tahun?”
          “Tidak mengerti.” Jawabnya.
Gadis Bermata Coklat
          “Tiara ikut tante ya, kita rayakan ulang tahun Tiara.” Sambung Wanita itu dengan tersenyum. Tiara hanya mengiyakan tanpa memberi satu komentar. Baginya ini adalah mimpi.


         
          “Di sini kita akan rayakan ulang tahun Tiara ya? Ini namanya kue..” katanya sambil memperlihatkan kue ulang tahun. Meskipun tidak begitu besar tapi Tiara terlihat sangat gembira.
          “Terimakasih Tante, ini roti yang indah.” Katanya. Wanita itu hanya tertawa kecil melihat kelakuan gadis  itu. Sangat apa adanya, pikirnya. Tapi ia merasa kasihan pada gadis itu, tidak pernah mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.
          “Tiara ingin apa lagi dari Tante?” tanyanya kembali.
          “Tiara punya satu permintaan tante. Tiara berharap tante menjadi oraang yang baik, karena tante sudah sayang sama tiara.” Sahutnya. Wanita itu tersentuh hatinya, dan ia sedikit tidak mengerti akan kata-kata ‘sayang’ yang di katakana gadis itu, tapi ia tidak menghiraukan. Ia hanya berharap gadis kecil itu akan baik-baik saja bila ia harus merelakan gadis itu kembali kejalanan.
          “Oh iya tante, tante punya bunda?” kata gadis itu mantap.
          “Bunda ? Tidak sayang, bunda tante sudah pergi ke surga sama seperti bunda tiara.”
          “Tante hidup sendiri juga ya seperti Tiara?”
          “Tante tinggal sama suami tante sayang..”
          “Suami itu apa tante?” tanya nya dengan tetap bersikap lugu layaknya anak kecil  pada umumnya.
          “Nanti Tiara juga akan tahu suami itu siapa, kelak ketika Tiara dewasa nanti.” Jawabnya..
          “Oooohhh..”
          “Tiara mau jadi anak Tante?” kata wanita itu dengan jelas. Dia sangat menginginkan gadis itu menjadi bagian dari hidupnya. Dia bahkan tak rela untuk meninggalkan anak kecil seperti tiara.
          “Anak? Apa tante akan jadi bunda Tiara?”
          “Iya, tante akan jadi bunda Tiara.” Kata wanita itu bersemangat.
          “Tiara mau tante.” Balas nya tak kalah semangat pula.
          “Jadi…?? Mulai sekarang Tiara panggil tante Bunda ya, setuju??”
          “SETUJU …..” kata Tiara berteriak kencang.
          Hal yang paling diinginkan gadis kecil ini kini terwujud. Gadis kecil bermata coklat, anak yang periang, cerdas dan penuh semangat. Dalam hidupnya baru kali ini dia merasakan kebahagiaan yang sangat mendalam. Gadis kecil bermata coklat, kini menemukan hidupnya kembali….

Ayah


                Teruntuk mu Ayah, orang yang selalu menjaga ku, memberikan ku petuah-petuah  yang begitu dalam. Kau bagaikan malaikat. Kau memiliki seribu cara untuk membuat ku bahagia. Mungkin aku hanya seorang anak yang tidak pernah sadar akan ketulusuan mu. Aku mencintaimu selebihnya dari hati ku ayah, dengan cara seperti ini aku mampu membalas budi mu selama ini.
Ayah, ketika kau terpuruk di dalam masalah mu, tak pernah sekallipun kau membebani keluarga mu, kau hanya menanggung beban mu sendiri. Kau selalu menyembunyikan itu dari keluarga mu. Aku anak yang beruntung karena dilahirkan di keluarga ini, memiliki ayah seperti mu.

Engkaulah nafasku
Yang menjaga di dalam hidupku
Kau ajarkan aku menjadi yang terbaik
*
Kau tak pernah lelah
Sebagai penopang dalam hidupku
Kau berikan aku semua yang terindah
Reff:
Aku hanya memanggilmu ayah
Di saat ku kehilangan arah
Aku hanya mengingatmu ayah
Jika aku tlah jauh darimu
Lagu ini ku persembahkan untuk mu ayah, sebagai tanda trimakasih ku untuk mu. Kau selalu member ku yang terbaik. Kunci kesuksesan ku ada di tangan mu ayah.
Kau pernah bilang padaku, “Di atas langit masih ada langit. Jangan selalu menengok ke atas karena di atas memang terdapat banyak bintang, tetapi coba lah untuk menengok ke bawah, ada sampah di sana. Itu lah kehidupan yang kita jalani. Seperti roda kita berputar menuju tempatnya. Jika kita melihat ke atas, di saat terjatuh akan sakit rasanya. Jika kita melihat ke bawah, jatuh berulang pun kita akan bangkit kembali.” itu yang selalu kau katakana pada ku.
Saat Kegagalan Mu
Kesedihan menyelimuti mu, aku tahu kau begitu terpuruk ayah. Setiap kali kau meneteskan air mata kekecewaan mu, aku merasakan hal yang sangat pedih. Kau mencoba bertahan dalam posisi mu, tapi aku yakin kau tak dapat menyembunyikan hal itu lebih lama lagi. Ayah, kau tak pernah mengatakan yang sejujurnya padaku atau pun kakak ku.
Ayah aku rindu akan canda tawa mu yang begitu bersemangat , yang kini hilang ditelan kebisingan orang-orang yang membenci mu. Itu bukan kesalahan atau pun kelalaian mu ayah, bukan kehendak mu melakukan itu, hanya kesalah pahaman yang tidak mereka mengerti.

Ayah

Kini kau menjadi orang asing dalam hidup ku, kau banyak berubah, pendiam dan sering melamun sendiri. Seandainya aku mampu membangkitkan semangat mu, kan ku tuntun kau sperti dahulu kau menuntun ku, menggenggam tangan ku dan mengarahkan jalan padaku. Ayah, sosok mu begitu berarti dalam hidup ku.
Aku ingin menjadi malaikat kecil mu yang selalu mendorong keteguhan menghadapi cobaan ini, sehingga aku tidak kehilangan kebahagiaan mu.
Kau tidak pernah lelah sebagai penopang dalam hidup ku ayah, kau selalu memberikan ku hal yang terindah yang pernah kau miliki. Kau selalu berbagi cerita-cerita mu sehingga kita tertawa bersama.
Kau bekerja keras untuk kami, tidak pernah memandang lelah. Peluh mu sebagai bukti kasih mu pada keluarga mu.
Ayah, andaikan aku mampu memberikan mu kebahagian, seluruh kebahagiaan ini akan aku berikan padamu ayah.

Tidak ada hal paling indah di dunia ini selain kebahagiaan mu . . .

CINTA dan KEEGOISAN


Bukan sebuah perasaan yang mengangkat ku kembali untuk sebuah kehidupan. Cinta pada dunia bukan semata-mata itu adanya. Aku bukan seseorang yang mampu menyikapi sebuah hati dengan baik. Tak terkira seberapa besar sebuah pengorbanan yang terjadi dalam diriku, sirna setelah kau kembali dengan keegoisan mu. Tak pernah mampu kau mengerti aku.
            Cinta bukan aku kepadamu, ataupun kamu kepadaku. Cinta yang berawal dari sebuah pertengkaran dan permusuhan yang menjadikan aku dan kamu sebagai kita. Diantara banyak kata dan kalimat perwakilan dari perasaan. Aku baik-baik saja bila tanpa mu, dan aku tahu begitu pun yang terjadi padamu. Awalan yang sangat pahit, bukan berarti akhiran yang menyakitkan.


            3 bulan yang ku jalani ini hanya akan menjadi sebuah kenangan. Aku berpikir setelah aku mampu menyadarkan mu apa kita akan berakhir? Terlalu egois buat mu jika aku selalu menuntut dan terlalu egois pula bagiku jika kau tak pernah berubah. Bahkan untukku.
            “Oh.. udah gk syg ya? Mknya jd dingin sama akk.” Begitu bahasa sms yg kuterima dari nya setelah bertengkar.  Aku hanya menghembuskan nafas dalam-dalam dan berkata dalam hati untuk bersabar. Aku selalu saja mengalah untuk nya. Aku mengalah karena sejujurnya aku sayang padanya, dan dia selalu bilang “jangan pernah tinggalin aku” dan itu yang membuatku enggan untuk pergi darinya. Tapi keegoisannya buat ku mati gaya.
            Adi, begitu nama yang ku sebutkan, bukan sayang, beb, bhy, ataupun sejenis nya yang berhubungan dengan alay bin lebay.
           

            Perayaan 6 Bulan
mawar dari mu
            Tepat di hari ini, 7 Oktober 2009 kita genap menjalin hubungan 6 bulan lamanya. Kali ini aku sama sekali tak bersemangat untuk merayakannya. Pagi-pagi sekali Adi mengirimkan 1 sms yang berbunyi “Happy anniv 6 month Dela ku. Langgeng ya ma dii, jangan ngambek2 trus ma dii ya . . di sayang dela “ dan dengan tidak bersemangat pula aku menjawab dengan pendek “OK!” .
            Tak ada balasan setelah itu, hari semakin siang dan sebentar lagi mungkin sore. Tepat pukul 04.00 siang Adi berdiri di depan rumah ku dengan membawa bunga dan juga kue lengkap dengan lilin-lilin nya. Aku kaget, dan merasa sebelum nya tidak pernah terjadi kejadian seperti ini, bulan – bulan sebelumnya pun dia tak sempat mengucapkan barang sepatah kata pun, itu yang sering membuat ku kesal setengah mampus pada adi. Dan sekarang dia berdiri di sana membawa kue yang bertuliskan ADIANTARA & ADELA yang tersusun sangat indah. Bunga mawar berwarna Merah, Putih, dan Hitam diikat menjadi satu dan terlihat menarik.
            “Adii??” kataku setelah membuka pintu untuk menemui nya. Sangat bertolak belakang dengan ku. Dia sangat rapi, matanya bercahaya, terlihat gembira dan tersenyum lebar. Sedangkan aku hanya mengenakan daster kucel yang sudah kupakai selama 2 hari , tidak terlihat gembira melainkan kaget dan sama sekali tidak memasang tampang senyum. “Del, aku gk di suruh masuk sama kam?” lagaknya aneh. Benar..
            “Del, aku mau minta maaf sama kamu, mungkin selama ini aku kurang perhatiin kamu.” Katanya lirih. Mataku mulai berkaca-kaca, mungkin ini perbuhan dari dia yang di tunjukkan ke aku pada hari ini. “Mungkin perhatian ku kurang ke kamu.” Sambungnya.
            “Gak kok Di, sama sekali….”
            “Gak apa nya? Itu buktinya. Tampang kamu yang oon abis, pakean kucel kamu trus tatanan rambut kamu yang mungkin nih ya, kayak orang yang habis kesetrum tau gak.” Kalo bisa ya kayak di kartun-kartun, mungkin telinga sama hidung ku udah ngeluarin asap kali ya.
            “Hahaha.. kamu lucu del, bukan ngejek, aku muji.” Lanjutnya dan di barengin dengan ketawa nya yang sangat keras. “Di, kamu yang lucu, gimana sih, ini dandanan tahun 2030 nanti yang udah aku terrapin dari sekarang.” Sedikit ngambek aku menjawab.
            Tapi aku yakin, ini dia bukan orang lain. Ejekan nya dia menjadi cirri khas orang nya, aku terkadang tersinggung dengan kata-katanya. Tapi hanya beberapa menit, setelah itu aku melupakan sepenuh nya. Aku sayang adi sebagaimana aku menyayangi anjing-anjing ku. Terkadang dia ngambek jika dibandingkan dengan anjing-anjing ku yang lucu nya pake banget.
            Lilin – lilin di pasangkan di kue perayaan kita, dengan penuh perasaan kita meniup lilin itu dan tertawa bahagia. Biasanya kita hanya sekedar pergi makan. Yang bisa di bilang rada-rada aneh, terkadang taruhan ngabisin makanan, itu yang jadi rutinitas kita setiap hari penting kita. Sangat aneh tapi asyik dan mungkin menjengkelkan.


            VALENTINE
            Ini pertama kalinya kita merayakan hari valentine bareng. Dan kita pun akhir-akhir ini tidak pernah rebut seperti biasanya.
Kita tidak bertukeran coklat seperti pasangan-pasangan laiinya, karna kita emang abnormal couple. Kita bertukaran kejahatan, aku ngejahatin dia dan dia ngejahatin aku dengan alat peraga gabus-gabus yang dijadikan senjata perang kita berdua.  

Lokasi : Halaman Rumah Adi
Peran  : Adi    : Tim KusukKusuk
             Dela   : Tim Mogok
             Tio (adik Adi)           : Mata-mata
             Mama Adi                : Pembuat makanan
Dalam Rangka          : HUT Kasih Sayang Sekeluarga

            Jadi, detail cerita nya sama sekali belum tersusun, Mama mau-mau aja di suruh jadi Kuli masak, alasan nya sebagai pelayan kita. Adik Adi yang baru kelas 1 Smp dengan semangat nya mengikuti permainan kami. Ini gila, luar biasa.
            Tetapi, setelah permainan itu berakhir aku memberikan Adi sebatang coklat dan ternyata dia juga sudah menyiapkan coklat untuk ku.


            Perayaan Hari Raya Nyepi
            Aku kesel sekaligus benci pada Adi. Dia menjanjikan untuk merayakan hari pengrupukan bersama, tapi dia mengingkari janjinya. Dia mengatakan ‘tidak bisa’ dengan alasan tidak sempat. Kenapa tidak katakana sebelum hari itu, aku pasti akan memahami mu. Ya udah lah, mungkin memang kamu sibuk atau benar-benar tidak memiliki waktu untukku. Sms tak di balas satupun, dan ketika aku mengirimkan satu pesan yang bertuliskan “pergi ajj dh sma pcr mu yg bru, akk juga bisa. Ini sms ku yg trkhr, gk add hub status lg antara kita.” Dan dia menjawab sekenanya dengan kata-kata maaf. Kemudian tidak ada satu pesan pun dari nya.
            Kekesalan ku memuncak, aku mematikan hp dan mencoba tidak menghiraukan dan berusaha melupakan. Rini, adik ku paling kecil berkata padaku jika Adi menelpon nya dan menitipkan pesan untuk aku menghubungi nya. Aku hanya acuh, tak menghiraukan. Mungkin udah pulang dari jalamn-jalan sama si selingkuhan nya, pikirku.
            Entah apa yang membuat ku untuk menghubunginya, dan telpon dari ku di angkat dengan suara gemetar, serak dan lemas. Aku pikir hanya akal-akalannya saja, tapi ku dengar dengan pasti suara di seberang sana. “Adi sakit?” tanya ku khawatir, meskipun masih kesal. “Maaf del, aku gak bermaksud membatalkan. Gak kok, aku gak sakit, Cuma panas dalam.” Sahutnya.
            “CUMA kata kamu? Suara kamu lemes gitu, udah ke dokter?”
            “Aku gak kuat jalan del, kepala ku berat.” Ucapnya samar-samar.
            “Aku anter ke dokter ya? Kamu tar tipes lagi di, aku minta maaf udah nuduh kamu yang gak-gak. Mau ya aku jemput? Kita ke tempat bibi ku, bibi ku kan dokter, siapa tau bisa bantu.” Jujur aku khawatir sama dia, tapi dia gak mau jujur kalau dia sakit, dia bilang kalau mau ketik sms matanya sakit dan pengen muntah, mungkin itu alasan dia gak balas pesan dari aku.
            “Gak usah del, aku mau tidur ya, udah habis suara ku,byee.. maaf gak bisa temenin kamu ..”
            “Adii, kita kedokter ayoo.. kamu sakit dii, bukan lagi drama.”
            “Sayang, sst.. aku gak apa-apa. Aku gak bilang sama kamu kalo aku sakit karena aku gak mau kamu khawatirin aku, aku cowok, aku yang harusnya jagain kamu.”
            Telpon kemudian di tutup dengan cepat, aku yakin dia menghindar dari aku. Dia paling gak suka di paksa, kalau dia keadaan nya sehat paling juga udah marah-marah kalau di paksa, tapi karang dia nutup telpon tiba-tiba. Penghindaran yang bagus!
            Aku tahu dia , kalau dia bilang gak apa-apa pasti dia gak apa-apa, jadi buat apa aku memaksa. Berulang kali aku memaksa nya, tapi tetap saja. Dia termasuk tipe orang yang egois, keras kepala dan susah untuk di mengerti. Sensitive dan paling benci sama orang manja dan juga gak suka di manjain.
            Ini tipe cowok paling ribet yang pernah jadi pacar ku. Tapi aku sayang dia apa adanya. Aku terima semua kekurangan nya, dan dia pun begitu. Selalu bersikap sopan pada orang lain. Aku mengenalnya karena takdir, takdir yang membawa ku padanya.

Sayap - Sayap Ku


               Tak ada imajinasi, tak ada khayalan dan tak ada keinginan. Hal yang paling ku inginkan hanyalah membuat ilustrasi dari apa yang ku pikirkan. Pergi atau tetap tinggal. Menyerah atau bertahan, tak bergerak dan tak berbicara.
                Malaikat tak akan pernah menuntunmu untuk melakukan keburukan, ia akan tetap tinggal di sini, di hati kita. Dan kau harus mengerti, sesuatu tak akan terjadi tanpa usahamu.
Menit terakhir untuk ku berpikir…. Di taman ini, di kursi ini. Hanya ada aku dan hembusan angin yang temani.
“Aku tak mungkin bisa. Aku tak bisa.” Gumam ku dalam hati dan melempar kertas hasil ilustrasi ku yang gagal.
“Hey, jangan kau lemparkan kertas ini ke hadapanku.” Kata laki-laki yang kini tengah berdiri di hadapanku.  “Kau tau, ini ilustrasi yang sangat hebat. Luar biasa. Aku sangat menyukai ilustrasi ini, apa ini? Malaikat kah?” kata nya kembali.
“Maafkan aku. Ya.. benar, itu adalah malaikat yang tak akan pernah hidup.” Ucap ku menunduk.
“Aku Arda, nama kamu siapa? Hey, lihat .. kau melukiskan ini dengan hati mu bukan?” ucap nya.
“Bukan, bukan dengan hati, tapi dengan kemarahan ku. Aku telah gagal menemukan ilustrasi baru.”  Jawab ku lirih. “Namaku Rena, Jangan hiraukan aku, pergilah.” Sambungku.
“Tidak akan, kau tak berhak mengusir ku Rena. Ini taman, siapapun berhak untuk berada disini.” Ucapnya. “Kau tentu akan mendapatkan apa yang kau inginkan, asal kau tidak terpaksa. Lakukan lah dengan hati mu dan cinta. Tentu kau akan menjadi seseorang yang lebih berharga.”
“Sejak kegagalan ku setahun yang lalu, aku sadar aku tak akan pernah memiliki impian. Aku tak akan bisa melakukan ini, bulan ini aku sudah mulai melupakan kejadian itu dan kembali bangkit, tapi..”
“Tapi kau tak bisa melakukan itu? Kau bukannya tak bisa, kau hanya perlu kesunyian dan kau harus melakukan itu dengan segenap jiwa. Kau bukannya gagal, tapi kau belum menemukan titik keberhasilan mu.”
“Apa yang harus aku lakukan? Aku bosan seperti ini.”
“Bau kegagalan mu sangat menyengat.  Kau harus bangkit, tak selamanya kau akan berdiam diri, tak ada yang tahu di depan sana ada pintu keberhasilan mu, berusahalah untuk diri mu sendiri. Meski aku baru mengenal mu, tetapi aku sangat memahami sosok seperti dirimu. Kau hanya perlu sedikit bumbu penyemangat.” Ucap Arda membangkitkan gairah ku.
“Kau yakin aku mampu melakukan itu..?” ucap ku meski  tak yakin melakukannya.
“Ini ambil….” Dengan memberiku buku sketch lengkap dengan pensil dan penghapus. Aku hanya tersenyum memahami apa yang di lakukan  nya.
“Jangan mengintip.” Ucapku lirih.
“Baiklah, ingat, gunakan lah hati kecil mu dan sedikit cinta.”
*Beberapa menit ketika keberhasilan ku mulai terbuka dan sedikit terlihat….
“Kau hebat, lihat karyamu, benar-benar hidup. Kau memiliki imajinasi yang kuat.” Kata Arda kagum dengan karya ku.
“Benarkah?” tanya ku padanya.
“Ya.. aku sungguh. Tapi, kenapa kau tak terlihat bahagia?” tanyanya “Bahkan kau makin terlihat seperti tak ingin tahu.”
“Bukan seperti yang kau kira. Arda, terimakasih atas segalanya. Terimakasih karna mampu membuat ku menjadi hidup kembali. kau malaikat ku yang ku buat pada ilustrasi ini.” Ucapku tersipu malu.
“Kau menggambarku dengan sayap ini. Hahaha..”
“Maaf. Tapi kau inspirasi bagi ku.”
“Kau tahu, tak ada sesuatu yang dapat kau lakukan hanya dengan pikiran mu saja. Kau telah membuktikan bahwa kau mampu menggunakan hati mu. Kau penyemangat bagi diri mu sendiri dan aku hanya seseorang yang menuntunmu.”
“Sama seperti malaikat ku. Malaikat yang menuntunku menemukan keberhasilan ku.”
Lalu kami tertawa akan kekonyolan ucapan ku. Dan dia hanya memandangiku sesekali tersenyum dan bertepuk tangan.
Kini aku yakin dan sadar, bahwa aku bukan tak mampu untuk bangkit, tapi aku hanya memerlukan seseorang yang mampu memotivasi ku. Arda… dialah orang nya. Mampu menyalakan api di hidup ku. Dan Inilah sedikit dari keberhasilan ku, impian dari segala cita-citaku.



Kota Kosong


“Menanti sebuah keajaiban seperti menanti seorang malaikat
Dan ketika semua nya sirna hanya ada ketakutan batin…”

(AsryListya)



            Aku berencana untuk mencari sebuah pengalaman. Aku menelusuri kota demi kota hingga batas ketidak sanggupan . Sendirian..!!!
            Ekor mataku tertuju pada sebuah gubuk di dekat hutan mangrove. Sekiranya berpenghuni. Mencoba untuk ku dekati demi mencari sisi baik dan buruk dari gubug yang telah ku temui.
            “Maaf bung, apa di sana ada yang menempati?” tanyaku kepada seorang nelayan yang hendak mendekat kearah ku.
            “Oh.. disana?? Gubuk itu? Kau tentu memiliki kaki, berjalan lah ke sana dan cari tau sendiri jawabannya.” Spontan aku tercengang akan kata-katanya yang miris dan dingin itu.
“Baiklah.”
“Kau.. siapa? Apa tujuan mu datang ke tempat ini?” kembali kata-kata dingin terlontar dari nelayan itu.
“Perkenalkan, saya Trianta, panggil saja saya Danta.” Kata ku sambil mencoba melukiskan segaris senyuman.
“Danta… Trianta..” begitulah seterusnya dia menyebut namaku sambil berjalan dan menghilang di antara pohon-pohon besar. Aku hanya dapat bergumam dan  bingung. Tanpa kata terakhir dan tanpa nama nelayan itu pergi dari hadapan ku.
“Ah.. sudahlah.. lupakan pertemuan tadi.”  Gumam ku sambil melangkah dan mendekati gubuk misterius itu.


***

“Spada..??”
Aku telah berada tepat di depan gubuk misterius itu. Dan dengan terkekeh aku merapikan lipatan celana yang telah basah karena pasang nya air.
Terdengar cekukan kakek-kakek dari dalam gubuk itu, semakin penasaran rasanya dan semakin ingin segera menemui nya. Tapi, aku hanya bisa mengintip dari luar dan sesekali mengetuk pintu gubuk itu yang hanya terbuat dari seng-seng bekas.
“Permisi kek? Bisa saya masuk?” tambah ku .
“Tunggu sebentar.” Terdengar jawaban dari dalam. Semakin tenang rasanya dan semakin bersemangat.
Menit pun berlalu, kakek itu tak kunjung membukakan pintu untuk ku, hanya untuk sekedar mempersilahkan masuk pun tak ada. Aah.. begitu aneh rasanya. Apa kakek itu lupa atau ?? entahlah…
Sekian menit aku berdiri tanpa jawaban, panas semakin menyengat dan semakin lama semakin sepi, hening dan sunyi, aneh nya lagi tak ada seorang pun  disana. Apa hanya ada diriku dan kakek itu? Tak ingin memikirkan apa yang terjadi dan apa yang telah ku alami.
‘Aku rasa aku akan masuk ke dalam sekarang, apapun yang terjadi.” Gumam ku dalam hati.
“Kek, saya masuk ya?” kata ku seakan tak menghiraukan apakah ada jawaban atau tidak, apa di ijinkan ataupun tak di ijinkan.
           Terkesiab saat ku lihat tak ada bagian di dalam gubuk itu, kembali aku mengangkat kaki ku ke luar. Aneh nya, dari luar gubuk itu terlihat utuh, sedangkan dari dalam gubuk itu seperti hanya sebuah pembatas. Aku bergumam sendiri, memutar otak sedemikian rupa, namun hanya ada satu jawaban yang aku dapatkan. Sebuah gubuk misteri.
“Kakek itu.. kemana kakek itu?”
Ingatan ku tertuju kepada seorang nelayan yang tadi pagi aku temui, kata-katanya terdengar seperti sebuah tembakan. Kata-katanya tak dapat ku cerna.
Ku lihat arloji tangan ku menunjuk kan waktu. “Masih siang, kenapa tak ada orang ya? Apa aku lanjutkan saja perjalanan ku?” pikirku. “Ah.. tempat ini.. tempat ini menjadi sasaran buat ku. Semakin terlihat keanehan nya, semakin aku merasa penasaran. Entah kenapa, tapi di sanalah letak sisi keanehan nya.”
Mangrove.. Gubuk… Nelayan.. Kakek..
            Eraagh.. kenapa semua membingungkan? Mungkin aku harus mencari sesuatu baru di sini. Orang baru atau mungkin penduduk baru. Menghilangkan segala ketakutan ku, melenyapkan segala pertanyaan yang sekiranya selalu bermunculan dalam ingatan ku.  
           

***

            Berjalan di antara hiruk pikuk suara angin yang saling bersahutan. Di antara segelintir orang-orang yang sangat menyeramkan menambah suasana asing bagi diriku sendiri.  Kegiatan berburu, bercocok tanam, ataupun berternak seperti  terlihat memiliki keanehan di dalam nya. Tak seperti kegiatan orang-orang pada umum nya. Dan segelintir orang yang aku temui memiliki wajah seperti mayat dan berjalan dengan kaki telanjang dengan pandangan yang tajam.
            Aku semakin risih berada di dekat mereka, semakin ingin menerka-nerka kapan aku dapat pergi dari mereka semua. Tapi penasaran tetap penasaran. Ketakutan bukan lah suatu jalan yang baik untuk ku menutupi itu semua.
            “ Bung, sekiranya kemanakah arah jalan yang akan membawa ku keluar dari kota ini?” muncul keberanian untuk menanyakan perihal itu kepada seorang peternak ular.
            “Apa yang membawa mu datang ke kota ini?” tanyanya sinis tanpa melihat mataku.
“Keinginanku.” Jawab ku singkat.
“Jika itu keinginan mu, maka itulah jawaban dari pertanyaanmu.”
“Ah..? bisa kau jelaskan mengapa?”
“Tak dapat ku jelaskan karena yang dapat menjelaskan hanya keberanian mu.” Lelaki itu tak dapat melepas ular yang di belainya saat berbicara padaku.
“Kota ini?” Tanya ku lagi.
“Ada apa? Kota ini hanya kota biasa yang di kucilkan.”
“Bukan.. bukan.. maaf, bukan itu yang ku maksud. Kota ini seperti….”
“Seperti sebuah dongeng atau…”
“Misteri.”
Dia menengok ke arah ku tanpa menaruh ular nya. Wajah nya seperti habis terbakar.
“Kau memiliki keberanian untuk mengetahuinya?”
“Tentu.”
“Bukan hanya sekedar rasa penasaran dan keingin tahuan mu akan kota ini?”
“Tidak.”
“Jika begitu, setelah kau tahu apakah kau akan memberi tahu kepada orang-orang luar kota ini?”
“Tentu seluk beluk kota ini adalah sebuah privasi. Bagaimana mungkin aku mempublikasikan sesuatu yang merupakan privasi, apalah arti sebuah cerita….”
“Hentikan, kau boleh mengikutiku. Ikuti detail setiap langkah ku. Jangan sesekali kau alihkan pandangan mu dari sosok ku. Jika itu terjadi kau akan kehilangan sebuah cerita yang sangat ingin kau ketahui. Dan kau tak akan dapat keluar dari kota ini.”
“Akan ku ikuti kau bung.”
Lelaki itu melukiskan sebuah senyuman di wajah na, meski aku ketahui keberatannya untuk melakukan itu.

***

“Sebuah sumur?” tanyaku ketika mengetahui satu langkah yang terhenti. Dan itu tepat di depan sumur kering yang tak terawat dan … berlumut.
“Kenapa? Bukan kah ini tujuan mu?”
“Tunggu sebentar.. aku ingin cerita dari mu, bukan pertunjukan reality show seperti ini.” Ucapku agak kesal.
“Disinilah asal dari cerita itu.”
“Ah..?? sumur?”
“Lihatlah kearah sana.” Katanya sambil menunjuk ke arah sebuah hutan mangrove.
“Ada sebuah gubuk.”
“Kau tahu gubuk apa itu?”
Sedikit meloncat perasaan ku ketika di tanyakan keberadaan gubuk itu.
“Ya… aku pernah mendatangi gubuk  itu dan…”
“Dan apa yang kau lihat?”
“Kosong.”
“Benar.. Hampa..”
“Tapi ada suara seorang kakek disana.”
“Itu adalah suara hutan mangrove yang suaranya seperti seorang kakek-kakek.”
“Benarkah?” kaget mendengar ucapan lelaki itu , aku pun tak percaya.
“Pohon itu diibaratkan manusia dan dapat berbicara. Dan gubuk itu adalah sebuah gambaran.”
“Gambaran apa? Dapatkah kau menjelaskan.”
“Yaa.. gambaran dari orang-orang yang haus akan kekayaan. Lihatlah kami, tak memiliki rumah, bahkan hanya untuk sekedar membaringkan badan pun tak ada.”
“Jadi..??” Tanya ku penasaran.
“Kota Hampa.”
“Kenapa dinamakan kota hampa? Bukan kah di sini ada yang menempati dan ada kehidupan? Bahkan ada magnet yang mampu menarik ku kemari.”
“Tak seperti yang kau ketahui. Tak seperti apa yang kau katakan. Perkataanmu hanya ilusinasi mu.”
“Maksud mu aku hanya menghayal akan keberadaan kota ini?”
“Mungkin. Jika itu yang kau rasakan, aku tak mampu menjelaskan.”
“Baiklah, keberanian ku semakin mendalam. Apa lagi yang ingin kau beri tahukan kepada ku? Akan ku dengarkan.”
“Tak ada.”
“Kau bilang banyak.”
“Aku tak pernah mengatakan itu.”
“Lalu..??”
“Pulanglah. Dan jangan beritahukan kepada siapa pun yang kau temui nanti.”
“Itu janji ku, pasti akan aku tepati.”
“Kau sungguh berani.”
                                                                        

“Aku seorang pengembara. Mencari tahu segala yang ku ketahui. Mencari arti dari setiap tempat yang ku kunjungi.”
“Kau genius.”
“Setiap orang mengatakan hal yang sama.”
“Kau begitu cekatan.”
“Itu lah aku.”
“Sudah lah, aku tak sanggup berdebat dengan mu.”
“Karna kecerdikan ku?”
“Bukan, tapi karna kebodohan dan ketololan mu.”
“Apa mungkin begitu? Ah.. aku tak tahu, mungkin iya dan mungkin sebaliknya.”
“Ingin  mengetahui hal lainnya?”
“Tentu aku akan menjawab ya. Ini kesempatan ku untuk mengetahui semuanya.”
“Begitukah upaya mu? Aku akan menerkam mu.” Katanya setengah berbisik.
“Kau bukan singa pemakan daging bukan?”
“Tentu kau tahu.”
“Cepatlah.. aku ingin tahu.” Kataku penasaran.
“Kau mengajak ku berdebat.”
“Kau yang memulainya.”
“Baiklah.. lihat sumur itu.”
“Hampa, kosong, tak ada setetes air di dalam nya.”
“Itulah mengapa dinamakan kota hampa.”
“Aku mengerti sekarang. Karena kota ini tak memiliki sumber daya yang cukup, dan kota ini di asingkan.”
“Sekiranya.”
“Apa selanjutnya?”
“Melompatlah.”
“Kau gila? Kau ingin membunuh ku? Apa di sana ada ular-ular mu?”
“Tentu tidak, tapi di sana ada seorang malaikat yang akan membawa mu keluar dari kota hampa ini.”
“Tapi.. aku belum puas.”
“Setalah kau keluar dari kota ini kau akan mendapatkan kepuasan yang luar biasa.”
“Aku mungkin harus mempercayai mu.”
“Tentu kau harus melakukan itu.”
“Baiklah. Melompat?”
“Tidak perlu.”
“Kau cukup membuat ku kesal.”
“Dan kau berhasil membuatku terasingkan.”
“Aku akan melompat.”
“Tidak perlu. Kau cukup berdiri di sini dan menunggu matahari tenggelam.”
“Apa yang akan terjadi?”
“Kau akan pulang.”
“Lalu kau?”
“Aku akan pergi sekarang.”
Tak lama setelah itu dia menghilang, tenggelam di antara rerimbunan dedaunan. Hanya ada aku di sini, sendiri menatap keatas langit sore, dan arloji ku menunjukkan waktu senja. Teringat akan kata-kata ‘Kau akan kembali saat matahari tenggelam’ , tapi apakah ini saatnya..??


***

Di antara kerumunan orang aku tersadar dari tidur ku. Mengapa aku bisa berada di sini? Sebuah kuburan yang bertuliskan nama-nama asing. Yaa.. di sinilah aku. Di tengah kebingungan..
“Apa yang terjadi?” Tanya lelaki tua yang mencoba ikut tenggelam dalam kerumunan orang.
“Pemuda ini tertidur pulas di sini, sekitar 12 jam yang lalu.”
Kemudian muncul lelaki tua itu yang tak asing lagi bagiku. Terbesit ingatan ku akan lelaki itu, yaa.. sumur.. dialah yang mengantar ku kemari..
“Kau? Mana ular-ular mu?” tanyaku sambil sesekali mengucak-ngucak mataku.
“Aku tak mengerti.”
“Peternak ular?”

Kejadian itu adalah suatu kejadian yang pertama dan terakhir bagiku. Mungkin sebuah bisikan atau pun yang lainya. Tapi, kejadian itu memberi ku sebuah pengalaman besar, yang harus nya tak ada menjadi ada, tak diceritakan namun mampu menjadi sebuah cerita yang bercerita.  

AsryListya (AL). Diberdayakan oleh Blogger.

Who's Come

Recent Comments

I LOVE IT !
I Love My Self :)
  • "KENANGAN TERINDAH"

Chat Me

My Imagine

BUKAN MAUT . !


             Dia kembali menjadi Geisha yang pendiam dan tak banyak bicara. Ayah dan ibunya telah meninggalkannya dalam kecelakaan maut beberapa hari yang lalu, sebelum nya kakak nya meninggal akibat penyakit Tumor hati yang di derita nya. Kemanapun dia pergi tak seorang pun menerima nya. Mereka menganggap dia adalah pembawa sial. Sepanjang hari dia menghabiskan waktu nya hanya untuk menangis di makam ayah, ibu dan kakaknya Ruth. Dia merasa sendiri, tanpa seseorang yang mau menerima nya dengan segala kekurangannya.
                Memang, tak semua hal di dunia ini akan abadi, tak semua hal di dunia ini realistis. Hidup itu  mampu melawan maut, menembus badai dan mampu menyebrangi jurang yang begitu dalam. Hanya saja, jika kehendak kita untuk tetap bertahan ada, maka segala keajaiban di dunia ini akan terlihat meski dengan mata telanjang. Hal yang paling sederhana sekalipun akan menjadi luar biasa. Dia selalu mengartikan hidup itu tantangan, dia selalu mengartikan hidup itu ujian. Tapi, dia tak pernah tau, hidup itu indah, indah jika dia mampu membuat hidupnya lebih berarti dari sekarang. Kehilangan bukan hal yang mempu menjatuhkannya, bukan hal yang mampu memisahkan jarak antara dia dan kebahagiaannya. Setiap tetes air mata nya yang jatuh ke bumi pertiwi adalah setiap tetes kepiluan hati yang sangat tajam ketika tersentuh oleh tangan.
                Dia selalu bermimpi, orang-orang yang dia sayang hadir di tengah-tengah nya, tapi itu hanya mimpi yang tak mungkin akan menjadi sebuah kenyataan. ‘Bagaimanapun aku hanya seorang diri, aku hanya anak yang paling sial sepanjang sejarah…’ pikirnya dalam hati, ketika dia tersadar akan mimpinya. Dia selalu menginginkan dan berharap akan adanya malaikat pencabut nyawa yang datang padanya dan menghentikan setiap detak jantungnya, tapi kenyataannya, dia sangat tersiksa. Ejekan orang-orang dan cemooh yang dia terima cukup membuatnya sakit hati.
“Eeeh, ada anak pembawa sial disini, haha, mana ibuk bapak mu hah? Ih, malu deh gak punya keluarga, emang enak. Hahahah..” begitu setiap ada anak-anak seusianya yang bertemu dengannya mengejek. Tapi baginya itu hanyalah teriakan angin-angin yang tak pantas untuk di dengar. Dia tetap berdiri tegar, melihat keatas langit dan berkata. ‘Aku bukan pembawa sial.’
Ada saatnya dia kembali menangis dalam kesedihan nya. Begitu dia tak dapat menahan air matanya, dia selalu bersabar mengahadapi setiap rintangan hidupnya. Tapi sakit hati tetap sakit hati, tak dapat di bayar tapi dapat di rubah menjadi sebuah rumus kehidupan. Tak seperti yang dia bayangkan, hidupnya hanyalah untuk bahan tertawaan dan bahan ejekan orang-orang. Hidupnya baru akan berarti jika ada seseorang yang datang padanya dan mengatakan padanya “Kau pantas untuk dipuji akan kebesaran hatimu untuk tetap berada di dunia neraka ini.”
Hingga beberapa bulan lamanya dia mampu bertahan dalam kekacauan hatinya. Tak pernah mendapatkan kebahagiaan dan selalu di selimuti oleh rasa haru yang begitu dalam. Usianya mungkin akan berakhir pada umur 16 tahun ini.
Penyakit yang sama dengan kakak nya, Tumor Hati kini telah merebut setiap senti pertahanan tubuh nya. Dia selalu merasa kesakitan yang mencekik bagian dalam tubuhnya. Tak ada pengobatan, sama seperti kakak nya dulu. Bahkan hanya untuk berjalan mencari setetes air pun dia tak sanggup, hingga akhirnya hidup nya terhenti sampai disini. Jantung nya tak lagi berdetak, nadi nya terhenti. Wajahnya seketika memutih dan pucat, gerangan-gerangan nya kini tak terdengar lagi. DIA PERGI.
Banyak mata memandangnya sinis, membiarkan tubuh mungilnya tergeletak di pinggir kota. Orang-orang tak ada yang meliriknya bahkan mereka menganggap nya sampah masyarakat. Mereka yang melintasinya bahkan membuang sampah plastik ke arah nya. Hidup atau mati tetap saja pandangan orang tak pernah berubah padanya.
Seorang pengemis tua menemukannya, kakek itu menguburkan tubuhnya tepat di sebelah makam ayah, ibu, dan kakaknya. Kakek itu berdoa untuk perjalanannya kembali kepada sang pencipta. Begitu tulus pengemis tua itu. Dan kini Gadis yang menjadi cemooh orang sudah pergi untuk selamanya. Mengubur mimpi dan cita-cita nya di dunia neraka ini. Kini dirinya Tak Akan Pernah Kembali.


2 HAL YANG BERBEDA


“…………..Hay dunia, apa kabar? Hari ini aku berhasil bangun dari tidurku. Entah apa yang akan terjadi pada ku selanjutnya. Tapi aku tidak akan memperdulikan nya.
            Hay dunia, apakah ada cerita baru hari ini? Aku ingin mendengarkan nya. Aku rasa aku ingin hidup ratusan tahun lagi. Aku ingin menjadi seseorang yang berguna, tidak menyusahkan siapapun. Aku ingin hidup atas perjuangan ku sendiri.
Hay malaikat-malaikat ku, terimakasih atas segala pengorbanan kalian. Aku bersyukur dapat berada di dunia ini walau hanya sebentar. Mungkin aku memang harus meninggalkan dunia ini. Kanker membuat ku ikhlas untuk pergi. Tapi aku takut , aku takut menyakiti orang-orang yang aku sayang, terlebih lagi ‘RENDY’  …….”
                                                                                                                        JANUARI  2012


“Rendy? Kamu gak apa-apa kan?” tanya seorang gadis di sebelah ku. Siska namanya. Dia adalah teman baik ku sekaligus teman pacar ku, Rini. “Iya sis.” Jawab ku seadanya.
Rini pacar ku, gadis berumur 17 tahun, sangat baik dan pintar. Sebulan yang lalu dia pergi meninggalkan ku dan semua kenangan kita. Hatiku sakit. Gadis itu telah berada di hidup ku selama 2 tahun 4 bulan. Tapi, sekalipun dia tidak pernah jujur padaku bahwa dia mengidap penyakit kanker otak. Aku mengetahui itu ketika saat-saat terakhir dia berada di dunia ini. Wajahnya begitu cantik dan manis. Aku sangat menyayangi nya, jujur aku sangat kehilangan gadis itu. Kanker telah merebut Rini dari ku, aku tak tahu apakah hati ku akan tetap baik-baik saja atau mungkin sebaliknya. Tapi, setelah kejadian itu, setalah Rini pergi dariku, aku merasakan ada segores luka di hatiku. Entah akan bertahan lama atau akan hilang seiring dengan berjalan nya waktu.
Siska, dia memiliki indra ke-6 , dia sering kali melihat sosok Rini yang berdiri menghadap ku, dia selalu bilang ‘Rini di sini untukmu.’ Dan tapi kenapa aku tidak dapat melihat nya? Kenapa?
Sore ini, aku kembali duduk di kursi taman sekolah. Tidak ada siapapun disini kecuali aku dan Siska. Dia memberikan ku secarik kertas kecil yang diambilnya dari kamar Rini beberapa hari yang lalu karena perintah dari Rini. Aku merasa tak berguna karena aku tak pernah tau akan apa yang terjadi pada gadis ku. Ya, aku hanya bisu.
“Ren, Rini di sini.” Kata Siska. Aku tak tahu apakah aku harus merasa senang ataukah sedih. “Percuma sis, Cuma kamu yang bisa ngeliat, aku gak bisa.” Jawabku
“Aku bisa bantu kamu menemui Rini. Aku tau kamu kangen dia, aku tau setelah kamu baca surat itu kamu sangat kehilangan dia.”
“Sis, aku bisa apa? Aku Cuma bisa denger kamu bilang kalo Rini di sini, tapi aku ? aku gak tau apa-apa. Kalo emang kamu bisa bantuin aku ketemu sama dia, buktikan.” Kemudian Siska menyuruh ku menutup mataku, dan ketika ada aba-aba, aku diminta nya untuk membuka mataku. Ketika aku membuka mata, benar saja. RINI.
Wajahnya masih sama seperti dulu, dia masih sangat cantik dan manis, hanya  saja matanya tidak seperti dulu, tatapan nya dingin dan kosong. Dia bukan seperti aku lagi, dia makhluk halus, bukan manusia. “Rin… ini kamu? Aku kangen sama kamu. Kenapa kamu pergi secepat itu tanpa mengucapkan apa-apa padaku. Rin, aku ingin kamu selalu ada di samping aku, bukannya pergi dari aku.”
Kedua bola mata itu mengeluarkan setetes air,hanya saja berbeda. Air mata yang dikeluarkannya seperti bola Kristal. “Rendy, maafin Rini, Rini tau ini akan berat buat kita. Tapi kamu harus tau, Rini selalu sama kamu.  Rini selalu minta bantuan Siska untuk apapun yang Rini mau. Jika suatu saat nanti kita berjodoh, Rini yakin kita akan bertemu dalam dunia yang berbeda. Percaya sama Rini, Rini selalu sayang kamu.” Suaranya begitu lembut dan indah.
“Apa kita tidak bisa bersama? Hanya beberapa waktu?”
“Kita tidak mungkin bisa sama-sama sekarang. Dunia kita berbeda. Dulu, aku dan kamu menjadi kita, dan sekarang aku adalah aku, dan kamu adalah kamu. Jangan sesali apa yang terjadi pada kita, kita adalah 2 hal yang berbeda. Kelak ketika kamu kangen sama aku, kamu tinggal bersiul.  Aku pasti akan ada buat kamu. Sebulan ini, apa yang kamu lakukan?”
“Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya menunggu waktu. Aku ingin kembali ke saat-saat kita pacaran dulu. Tapi….”
“Rendy, maaf, aku harus pergi.” Dan ketika itu Rini pergi dengan sangat cepat. Bahkan untuk mendengarkan ku pun dia tak sempat. Apa ini yang dinamakan sayang? Sedikit pun dia tak mengubris ku. Aah…
“Dia hanya tak bisa berlama-lama berada di dunia kita. Bukan karena dia tidak sayang kamu ren, kalian berbeda sekarang. Kalian bukan berada pada dunia yang sama, ikhlaskan. Dia datang kesini untuk meminta mu mengikhlaskan dia. Bukan apa-apa.” Kata siska yang sedari tadi hanya duduk terpaku melihat ku. Mungkin kali ini ada benarnya juga. Bagaimanapun aku harus melupakan Rini, bukan berarti aku tidak sayang. Tapi karena aku inginkan dia bahagia di dunia barunya. Aku tidak ingin mengikatnya di duniawi. Aku akan belajar untuk mengikhlaskannya. Demi dia, aku rela. Meski hatiku harus pedih, aku akan rela.


Ku berjalan terus tanpa henti
Dan dia pun kini telah pergi
Ku berdoa di tengah
Indahnya dunia
Ku berdoa untuk dia yang kurindukan

Memohon untuk tetap tinggal
Dan jangan engkau pergi lagi
Berselimut di tengah dingin dunia
Berselimut dengan dia yang kurindukan

Would it be nice to hold you ..
Would it be nice to take you home..
Would it be nice to kiss you..

Memohon untuk tetap tinggal
Dan jangan engkau pergi lagi
Bernyanyilah na na na na na
Bernyanyilah untuk dia yang kurindukan

Would it be nice to hold you ..
Would it be nice to take you home ..
Would it be nice to kiss you..

Jangan pernah lupakan aku
Jangan hilangkan diriku
Jangan pernah lupakan aku
Jangan hilangkan diriku
Jangan pernah lupakan aku
Jangan pergi dari aku

CINTA


Satu kata yang bermakna, cinta dalam kelopak mata. Begitu bermakna, begitu menyentuh hati yang terdalam. Satu kata yang berarti, cinta dalam halusinasi. Tak nyata namun mampu menjadikan itu sebagai kenyataan.

Cinta bukan sekedar kata-kata yang indah, tapi sebuah kata perwakilan hati. Cinta bukan sekedar halusinasi, tapi ada hati yang merasakan bagaimana cinta itu bergetar pada lubuk hati.

Bukan karena takut kehilangan cinta itu menjadi indah. Bukan karena ingin bersama cinta itu buta. Tetapi ada makna lain yang tersirat di dalamnya. Cinta bukan sekedar permainan dan lelucon tawa bagi segelintir orang, tetapi juga bagian dari hidup, bagian dari perjalanan kita di dunia ini.

Jangan pernah memilih cinta hanya untuk di permainkan. Cinta bukan tragedi, cinta itu suci. Yang  hanya dapat dirasakan oleh hati yang benar-benar bersih.

Ketahuilah, kita semua memiliki hati. Kita semua berasal dari sebuah cinta, dilahirkan karena cinta dan hidup berkat kasih sayang. Berikanlah cinta kepada orang-orang yang berada di sisi kita. Jadikan lah cinta itu sebagai prioritas utama dalam hidup kita.

Tapi, jangan sesekali memberikan cinta yang akan kita jalani seumur hidup kepada orang yang salah. Karena mereka tidak akan tahu apa sejatinya cinta tersebut.

               
                                                                                    By    :               A . L (DA)

Gadis Kecil Bermata Coklat


                Dia kembali merenungkan sesuatu. Sesuatu yang begitu mengganjal dalam hatinya. Dia bermimpi untuk tetap menjadi bintang, tetap menjadi peri kecil bagi semuanya. tak satupun yang mampu menjadikan nya sampah, tak seorang pun ingin membuang nya. Gadis kecil bermata coklat, bagaikan malaikat tak bersayap.
          Pakaian kumal yang dikenakan, sandal jepit yang sudah rusak, bahkan rambut lurus nya yang indah berubah menjadi rambut kusam yang tak terawat. Dulu dia memiliki kehidupan yang layak, tempat tinggal yang layak dan berkecukupan. Ayah nya tidak lama ini pergi meninggalkannya demi perempuan lain, dan dia tak pernah meengungkit – ngungkit dimana keberadaan ayah nya. Bahkan sekali waktu dia tak pernah memikirkan ayah nya yang telah mengkhianatinya, tapi ia selalu merindukan keberadaan ibunya. Gadis kecil bermata coklat hidup di tengah-tengah keramaian orang.  Entah berapa nyawa yang selalu memperhatikan gerak-geriknya, entah berapa orang yang dengan tulus menyayanginya.
          Gadis kecil bermata coklat, itu panggilan bagi nya setiap kali orang bertemu dengannya. Bagaikan mas permata bagi orang-orang sekelilingnya.



          Hari ini dia sangat ingin menerima peluk kasih sayang dari ibunya. Tapi, ibunya telah tiada, meninggalkan nya ketika usianya 6 bulan. Gadis kecil bermata coklat, sungguh kasihan jalan hidup yang dilalui nya. Hidup bergantung pada jalanan dan lampu merah, namun sangat di cintai oleh mereka yang mengenal nya.
          “Ulang tahun mu? Ini kado buat kamu…” ucap seorang lelaki tua setengah baya yang menghampirinya ketika gadis itu hendak menyebrang. Tapi gadis itu hanya menatap kemudian menunduk. Berulang kali kakek itu menanyakan perihal kepadanya, tapi ia hanya terdiam. “Kakek tau darimana hari ini ulang tahun Tiara? Tiara bahkan tidak mengenal kakek..” kata gadis itu. “Kakek tau dari siapa itu tidak penting, gadis baik seperti Tiara layak menerima hadiah ini.” Sahut kakek itu. Gadis kecil bermata coklat itu tak mampu menolak apa yang telah di berikan kakek itu kepadanya. Dia sangat menghormati setiap orang yang memberinya sesuatu, entah berupa makanan ataupun sandang pangan. Tapi dia selalu menolak jika diberikan uang, baginya  iya tidak membutuhkan uang, dia hanya membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari meraka yang mengasihani nya.
          Kado ulang tahun tidak begitu ia inginkan, gadis kecil bermata coklat hanya menginginkan kehangatan yang selama ini tak pernah ia dapatkan. Tak seperti anak-anak sebaya nya yang selalu di sayang dan diberikan kasih sayang. Dia selalu merasa sendiri, yang pada kenyataan dia tak pernah sendiri.
          Ini adalah ulang tahun nya yang ke-7, tak sekalipun pernah dirayakan. Bahkan dia tidak mengetahuinya. Hari ini segala keinginannya terpenuhi, seseorang menemui nya di trotoar jalan. Wanita yang begitu cantik dan anggun menghampirinya di pinggir jalan. “Gadis cantik, siapa kah namamu?” tanya wanita itu dengan ramah, tanpa menyebutkan siapa dirinya. “Tiara tante.” Jawab nya sekenanya. Tapi dia merasakan sesuatu dari wanita itu, entah mengapa hati nya terdorong untuk menatap mata wanita tersebut.. “Tiara ingin di peluk” ucap nya kembali. Wanita itu sedikit tercengang mendengar ucapan dari gadis kecil, tak berniat untuk menolak dia pun bersujud di tanah dan merangkul pundak gadis kecil itu. “Sayang, kenapa ?” tanya wanita itu sekilas.
          “Tante, tiara ingin di peluk bunda. Tiara ingin di peluk wanita yang sudah melahirkan Tiara…”
          Wanita itu menuruti kemauan gadis itu, dengan memeluk gadis itu, meski ia menemukan gadis itu di pinggir jalan dan ia sendiri hendak menanyakan alamat yang akan di tuju oleh nya. “Tiara, maaf , tante bukan bunda tiara..” kata wanita itu pelan, takut menyakiti hati Tiara.  “Tidak apa-apa tante, Tiara hanya ingin di peluk. Tiara ingin merasakan bagaimana di peluk. Ternyata sangat nyaman dan hangat..” katanya.
          “Kenapa Tiara sangat ingin di peluk?” tanya wanita itu.
          “Karena Tiara ingat bunda..”
          “Bunda Tiara ada dimana?” tanya nya kembali.
          “Bunda sudah pergi jauh ke Surga.” Katanya. “Tante , hari ini Tiara ulang tahun, tapi Tiara tidak tahu ulang tahun itu seperti apa, kenapa orang-orang selalu merayakan ulang tahun?” tanya gadis itu kembali. Gadis kecil bermata coklat, sama sekali tidak tahu akan makna hari ulang tahun.
          “Sayang, hari ulang tahun itu adalah hari dimana kamu dilahirkan. Kenapa Tiara bisa tahu bahwa hari ini Tiara Ulang Tahun?”
          “Tiara tidak tahu, hari ini ada seorang kakek baik yang memberikan kado pada Tiara, kakek itu bilang hari ini Tiara Ulang tahun tante. Tapi tiara tidak mengerti ulang tahun itu seperti apa.” Ucapnya dengan penuh keluguan.
          “Jadi Tiara belum pernah merayakan hari ulang tahun?”
          “Tidak mengerti.” Jawabnya.
Gadis Bermata Coklat
          “Tiara ikut tante ya, kita rayakan ulang tahun Tiara.” Sambung Wanita itu dengan tersenyum. Tiara hanya mengiyakan tanpa memberi satu komentar. Baginya ini adalah mimpi.


         
          “Di sini kita akan rayakan ulang tahun Tiara ya? Ini namanya kue..” katanya sambil memperlihatkan kue ulang tahun. Meskipun tidak begitu besar tapi Tiara terlihat sangat gembira.
          “Terimakasih Tante, ini roti yang indah.” Katanya. Wanita itu hanya tertawa kecil melihat kelakuan gadis  itu. Sangat apa adanya, pikirnya. Tapi ia merasa kasihan pada gadis itu, tidak pernah mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.
          “Tiara ingin apa lagi dari Tante?” tanyanya kembali.
          “Tiara punya satu permintaan tante. Tiara berharap tante menjadi oraang yang baik, karena tante sudah sayang sama tiara.” Sahutnya. Wanita itu tersentuh hatinya, dan ia sedikit tidak mengerti akan kata-kata ‘sayang’ yang di katakana gadis itu, tapi ia tidak menghiraukan. Ia hanya berharap gadis kecil itu akan baik-baik saja bila ia harus merelakan gadis itu kembali kejalanan.
          “Oh iya tante, tante punya bunda?” kata gadis itu mantap.
          “Bunda ? Tidak sayang, bunda tante sudah pergi ke surga sama seperti bunda tiara.”
          “Tante hidup sendiri juga ya seperti Tiara?”
          “Tante tinggal sama suami tante sayang..”
          “Suami itu apa tante?” tanya nya dengan tetap bersikap lugu layaknya anak kecil  pada umumnya.
          “Nanti Tiara juga akan tahu suami itu siapa, kelak ketika Tiara dewasa nanti.” Jawabnya..
          “Oooohhh..”
          “Tiara mau jadi anak Tante?” kata wanita itu dengan jelas. Dia sangat menginginkan gadis itu menjadi bagian dari hidupnya. Dia bahkan tak rela untuk meninggalkan anak kecil seperti tiara.
          “Anak? Apa tante akan jadi bunda Tiara?”
          “Iya, tante akan jadi bunda Tiara.” Kata wanita itu bersemangat.
          “Tiara mau tante.” Balas nya tak kalah semangat pula.
          “Jadi…?? Mulai sekarang Tiara panggil tante Bunda ya, setuju??”
          “SETUJU …..” kata Tiara berteriak kencang.
          Hal yang paling diinginkan gadis kecil ini kini terwujud. Gadis kecil bermata coklat, anak yang periang, cerdas dan penuh semangat. Dalam hidupnya baru kali ini dia merasakan kebahagiaan yang sangat mendalam. Gadis kecil bermata coklat, kini menemukan hidupnya kembali….

Ayah


                Teruntuk mu Ayah, orang yang selalu menjaga ku, memberikan ku petuah-petuah  yang begitu dalam. Kau bagaikan malaikat. Kau memiliki seribu cara untuk membuat ku bahagia. Mungkin aku hanya seorang anak yang tidak pernah sadar akan ketulusuan mu. Aku mencintaimu selebihnya dari hati ku ayah, dengan cara seperti ini aku mampu membalas budi mu selama ini.
Ayah, ketika kau terpuruk di dalam masalah mu, tak pernah sekallipun kau membebani keluarga mu, kau hanya menanggung beban mu sendiri. Kau selalu menyembunyikan itu dari keluarga mu. Aku anak yang beruntung karena dilahirkan di keluarga ini, memiliki ayah seperti mu.

Engkaulah nafasku
Yang menjaga di dalam hidupku
Kau ajarkan aku menjadi yang terbaik
*
Kau tak pernah lelah
Sebagai penopang dalam hidupku
Kau berikan aku semua yang terindah
Reff:
Aku hanya memanggilmu ayah
Di saat ku kehilangan arah
Aku hanya mengingatmu ayah
Jika aku tlah jauh darimu
Lagu ini ku persembahkan untuk mu ayah, sebagai tanda trimakasih ku untuk mu. Kau selalu member ku yang terbaik. Kunci kesuksesan ku ada di tangan mu ayah.
Kau pernah bilang padaku, “Di atas langit masih ada langit. Jangan selalu menengok ke atas karena di atas memang terdapat banyak bintang, tetapi coba lah untuk menengok ke bawah, ada sampah di sana. Itu lah kehidupan yang kita jalani. Seperti roda kita berputar menuju tempatnya. Jika kita melihat ke atas, di saat terjatuh akan sakit rasanya. Jika kita melihat ke bawah, jatuh berulang pun kita akan bangkit kembali.” itu yang selalu kau katakana pada ku.
Saat Kegagalan Mu
Kesedihan menyelimuti mu, aku tahu kau begitu terpuruk ayah. Setiap kali kau meneteskan air mata kekecewaan mu, aku merasakan hal yang sangat pedih. Kau mencoba bertahan dalam posisi mu, tapi aku yakin kau tak dapat menyembunyikan hal itu lebih lama lagi. Ayah, kau tak pernah mengatakan yang sejujurnya padaku atau pun kakak ku.
Ayah aku rindu akan canda tawa mu yang begitu bersemangat , yang kini hilang ditelan kebisingan orang-orang yang membenci mu. Itu bukan kesalahan atau pun kelalaian mu ayah, bukan kehendak mu melakukan itu, hanya kesalah pahaman yang tidak mereka mengerti.

Ayah

Kini kau menjadi orang asing dalam hidup ku, kau banyak berubah, pendiam dan sering melamun sendiri. Seandainya aku mampu membangkitkan semangat mu, kan ku tuntun kau sperti dahulu kau menuntun ku, menggenggam tangan ku dan mengarahkan jalan padaku. Ayah, sosok mu begitu berarti dalam hidup ku.
Aku ingin menjadi malaikat kecil mu yang selalu mendorong keteguhan menghadapi cobaan ini, sehingga aku tidak kehilangan kebahagiaan mu.
Kau tidak pernah lelah sebagai penopang dalam hidup ku ayah, kau selalu memberikan ku hal yang terindah yang pernah kau miliki. Kau selalu berbagi cerita-cerita mu sehingga kita tertawa bersama.
Kau bekerja keras untuk kami, tidak pernah memandang lelah. Peluh mu sebagai bukti kasih mu pada keluarga mu.
Ayah, andaikan aku mampu memberikan mu kebahagian, seluruh kebahagiaan ini akan aku berikan padamu ayah.

Tidak ada hal paling indah di dunia ini selain kebahagiaan mu . . .

CINTA dan KEEGOISAN


Bukan sebuah perasaan yang mengangkat ku kembali untuk sebuah kehidupan. Cinta pada dunia bukan semata-mata itu adanya. Aku bukan seseorang yang mampu menyikapi sebuah hati dengan baik. Tak terkira seberapa besar sebuah pengorbanan yang terjadi dalam diriku, sirna setelah kau kembali dengan keegoisan mu. Tak pernah mampu kau mengerti aku.
            Cinta bukan aku kepadamu, ataupun kamu kepadaku. Cinta yang berawal dari sebuah pertengkaran dan permusuhan yang menjadikan aku dan kamu sebagai kita. Diantara banyak kata dan kalimat perwakilan dari perasaan. Aku baik-baik saja bila tanpa mu, dan aku tahu begitu pun yang terjadi padamu. Awalan yang sangat pahit, bukan berarti akhiran yang menyakitkan.


            3 bulan yang ku jalani ini hanya akan menjadi sebuah kenangan. Aku berpikir setelah aku mampu menyadarkan mu apa kita akan berakhir? Terlalu egois buat mu jika aku selalu menuntut dan terlalu egois pula bagiku jika kau tak pernah berubah. Bahkan untukku.
            “Oh.. udah gk syg ya? Mknya jd dingin sama akk.” Begitu bahasa sms yg kuterima dari nya setelah bertengkar.  Aku hanya menghembuskan nafas dalam-dalam dan berkata dalam hati untuk bersabar. Aku selalu saja mengalah untuk nya. Aku mengalah karena sejujurnya aku sayang padanya, dan dia selalu bilang “jangan pernah tinggalin aku” dan itu yang membuatku enggan untuk pergi darinya. Tapi keegoisannya buat ku mati gaya.
            Adi, begitu nama yang ku sebutkan, bukan sayang, beb, bhy, ataupun sejenis nya yang berhubungan dengan alay bin lebay.
           

            Perayaan 6 Bulan
mawar dari mu
            Tepat di hari ini, 7 Oktober 2009 kita genap menjalin hubungan 6 bulan lamanya. Kali ini aku sama sekali tak bersemangat untuk merayakannya. Pagi-pagi sekali Adi mengirimkan 1 sms yang berbunyi “Happy anniv 6 month Dela ku. Langgeng ya ma dii, jangan ngambek2 trus ma dii ya . . di sayang dela “ dan dengan tidak bersemangat pula aku menjawab dengan pendek “OK!” .
            Tak ada balasan setelah itu, hari semakin siang dan sebentar lagi mungkin sore. Tepat pukul 04.00 siang Adi berdiri di depan rumah ku dengan membawa bunga dan juga kue lengkap dengan lilin-lilin nya. Aku kaget, dan merasa sebelum nya tidak pernah terjadi kejadian seperti ini, bulan – bulan sebelumnya pun dia tak sempat mengucapkan barang sepatah kata pun, itu yang sering membuat ku kesal setengah mampus pada adi. Dan sekarang dia berdiri di sana membawa kue yang bertuliskan ADIANTARA & ADELA yang tersusun sangat indah. Bunga mawar berwarna Merah, Putih, dan Hitam diikat menjadi satu dan terlihat menarik.
            “Adii??” kataku setelah membuka pintu untuk menemui nya. Sangat bertolak belakang dengan ku. Dia sangat rapi, matanya bercahaya, terlihat gembira dan tersenyum lebar. Sedangkan aku hanya mengenakan daster kucel yang sudah kupakai selama 2 hari , tidak terlihat gembira melainkan kaget dan sama sekali tidak memasang tampang senyum. “Del, aku gk di suruh masuk sama kam?” lagaknya aneh. Benar..
            “Del, aku mau minta maaf sama kamu, mungkin selama ini aku kurang perhatiin kamu.” Katanya lirih. Mataku mulai berkaca-kaca, mungkin ini perbuhan dari dia yang di tunjukkan ke aku pada hari ini. “Mungkin perhatian ku kurang ke kamu.” Sambungnya.
            “Gak kok Di, sama sekali….”
            “Gak apa nya? Itu buktinya. Tampang kamu yang oon abis, pakean kucel kamu trus tatanan rambut kamu yang mungkin nih ya, kayak orang yang habis kesetrum tau gak.” Kalo bisa ya kayak di kartun-kartun, mungkin telinga sama hidung ku udah ngeluarin asap kali ya.
            “Hahaha.. kamu lucu del, bukan ngejek, aku muji.” Lanjutnya dan di barengin dengan ketawa nya yang sangat keras. “Di, kamu yang lucu, gimana sih, ini dandanan tahun 2030 nanti yang udah aku terrapin dari sekarang.” Sedikit ngambek aku menjawab.
            Tapi aku yakin, ini dia bukan orang lain. Ejekan nya dia menjadi cirri khas orang nya, aku terkadang tersinggung dengan kata-katanya. Tapi hanya beberapa menit, setelah itu aku melupakan sepenuh nya. Aku sayang adi sebagaimana aku menyayangi anjing-anjing ku. Terkadang dia ngambek jika dibandingkan dengan anjing-anjing ku yang lucu nya pake banget.
            Lilin – lilin di pasangkan di kue perayaan kita, dengan penuh perasaan kita meniup lilin itu dan tertawa bahagia. Biasanya kita hanya sekedar pergi makan. Yang bisa di bilang rada-rada aneh, terkadang taruhan ngabisin makanan, itu yang jadi rutinitas kita setiap hari penting kita. Sangat aneh tapi asyik dan mungkin menjengkelkan.


            VALENTINE
            Ini pertama kalinya kita merayakan hari valentine bareng. Dan kita pun akhir-akhir ini tidak pernah rebut seperti biasanya.
Kita tidak bertukeran coklat seperti pasangan-pasangan laiinya, karna kita emang abnormal couple. Kita bertukaran kejahatan, aku ngejahatin dia dan dia ngejahatin aku dengan alat peraga gabus-gabus yang dijadikan senjata perang kita berdua.  

Lokasi : Halaman Rumah Adi
Peran  : Adi    : Tim KusukKusuk
             Dela   : Tim Mogok
             Tio (adik Adi)           : Mata-mata
             Mama Adi                : Pembuat makanan
Dalam Rangka          : HUT Kasih Sayang Sekeluarga

            Jadi, detail cerita nya sama sekali belum tersusun, Mama mau-mau aja di suruh jadi Kuli masak, alasan nya sebagai pelayan kita. Adik Adi yang baru kelas 1 Smp dengan semangat nya mengikuti permainan kami. Ini gila, luar biasa.
            Tetapi, setelah permainan itu berakhir aku memberikan Adi sebatang coklat dan ternyata dia juga sudah menyiapkan coklat untuk ku.


            Perayaan Hari Raya Nyepi
            Aku kesel sekaligus benci pada Adi. Dia menjanjikan untuk merayakan hari pengrupukan bersama, tapi dia mengingkari janjinya. Dia mengatakan ‘tidak bisa’ dengan alasan tidak sempat. Kenapa tidak katakana sebelum hari itu, aku pasti akan memahami mu. Ya udah lah, mungkin memang kamu sibuk atau benar-benar tidak memiliki waktu untukku. Sms tak di balas satupun, dan ketika aku mengirimkan satu pesan yang bertuliskan “pergi ajj dh sma pcr mu yg bru, akk juga bisa. Ini sms ku yg trkhr, gk add hub status lg antara kita.” Dan dia menjawab sekenanya dengan kata-kata maaf. Kemudian tidak ada satu pesan pun dari nya.
            Kekesalan ku memuncak, aku mematikan hp dan mencoba tidak menghiraukan dan berusaha melupakan. Rini, adik ku paling kecil berkata padaku jika Adi menelpon nya dan menitipkan pesan untuk aku menghubungi nya. Aku hanya acuh, tak menghiraukan. Mungkin udah pulang dari jalamn-jalan sama si selingkuhan nya, pikirku.
            Entah apa yang membuat ku untuk menghubunginya, dan telpon dari ku di angkat dengan suara gemetar, serak dan lemas. Aku pikir hanya akal-akalannya saja, tapi ku dengar dengan pasti suara di seberang sana. “Adi sakit?” tanya ku khawatir, meskipun masih kesal. “Maaf del, aku gak bermaksud membatalkan. Gak kok, aku gak sakit, Cuma panas dalam.” Sahutnya.
            “CUMA kata kamu? Suara kamu lemes gitu, udah ke dokter?”
            “Aku gak kuat jalan del, kepala ku berat.” Ucapnya samar-samar.
            “Aku anter ke dokter ya? Kamu tar tipes lagi di, aku minta maaf udah nuduh kamu yang gak-gak. Mau ya aku jemput? Kita ke tempat bibi ku, bibi ku kan dokter, siapa tau bisa bantu.” Jujur aku khawatir sama dia, tapi dia gak mau jujur kalau dia sakit, dia bilang kalau mau ketik sms matanya sakit dan pengen muntah, mungkin itu alasan dia gak balas pesan dari aku.
            “Gak usah del, aku mau tidur ya, udah habis suara ku,byee.. maaf gak bisa temenin kamu ..”
            “Adii, kita kedokter ayoo.. kamu sakit dii, bukan lagi drama.”
            “Sayang, sst.. aku gak apa-apa. Aku gak bilang sama kamu kalo aku sakit karena aku gak mau kamu khawatirin aku, aku cowok, aku yang harusnya jagain kamu.”
            Telpon kemudian di tutup dengan cepat, aku yakin dia menghindar dari aku. Dia paling gak suka di paksa, kalau dia keadaan nya sehat paling juga udah marah-marah kalau di paksa, tapi karang dia nutup telpon tiba-tiba. Penghindaran yang bagus!
            Aku tahu dia , kalau dia bilang gak apa-apa pasti dia gak apa-apa, jadi buat apa aku memaksa. Berulang kali aku memaksa nya, tapi tetap saja. Dia termasuk tipe orang yang egois, keras kepala dan susah untuk di mengerti. Sensitive dan paling benci sama orang manja dan juga gak suka di manjain.
            Ini tipe cowok paling ribet yang pernah jadi pacar ku. Tapi aku sayang dia apa adanya. Aku terima semua kekurangan nya, dan dia pun begitu. Selalu bersikap sopan pada orang lain. Aku mengenalnya karena takdir, takdir yang membawa ku padanya.

Sayap - Sayap Ku


               Tak ada imajinasi, tak ada khayalan dan tak ada keinginan. Hal yang paling ku inginkan hanyalah membuat ilustrasi dari apa yang ku pikirkan. Pergi atau tetap tinggal. Menyerah atau bertahan, tak bergerak dan tak berbicara.
                Malaikat tak akan pernah menuntunmu untuk melakukan keburukan, ia akan tetap tinggal di sini, di hati kita. Dan kau harus mengerti, sesuatu tak akan terjadi tanpa usahamu.
Menit terakhir untuk ku berpikir…. Di taman ini, di kursi ini. Hanya ada aku dan hembusan angin yang temani.
“Aku tak mungkin bisa. Aku tak bisa.” Gumam ku dalam hati dan melempar kertas hasil ilustrasi ku yang gagal.
“Hey, jangan kau lemparkan kertas ini ke hadapanku.” Kata laki-laki yang kini tengah berdiri di hadapanku.  “Kau tau, ini ilustrasi yang sangat hebat. Luar biasa. Aku sangat menyukai ilustrasi ini, apa ini? Malaikat kah?” kata nya kembali.
“Maafkan aku. Ya.. benar, itu adalah malaikat yang tak akan pernah hidup.” Ucap ku menunduk.
“Aku Arda, nama kamu siapa? Hey, lihat .. kau melukiskan ini dengan hati mu bukan?” ucap nya.
“Bukan, bukan dengan hati, tapi dengan kemarahan ku. Aku telah gagal menemukan ilustrasi baru.”  Jawab ku lirih. “Namaku Rena, Jangan hiraukan aku, pergilah.” Sambungku.
“Tidak akan, kau tak berhak mengusir ku Rena. Ini taman, siapapun berhak untuk berada disini.” Ucapnya. “Kau tentu akan mendapatkan apa yang kau inginkan, asal kau tidak terpaksa. Lakukan lah dengan hati mu dan cinta. Tentu kau akan menjadi seseorang yang lebih berharga.”
“Sejak kegagalan ku setahun yang lalu, aku sadar aku tak akan pernah memiliki impian. Aku tak akan bisa melakukan ini, bulan ini aku sudah mulai melupakan kejadian itu dan kembali bangkit, tapi..”
“Tapi kau tak bisa melakukan itu? Kau bukannya tak bisa, kau hanya perlu kesunyian dan kau harus melakukan itu dengan segenap jiwa. Kau bukannya gagal, tapi kau belum menemukan titik keberhasilan mu.”
“Apa yang harus aku lakukan? Aku bosan seperti ini.”
“Bau kegagalan mu sangat menyengat.  Kau harus bangkit, tak selamanya kau akan berdiam diri, tak ada yang tahu di depan sana ada pintu keberhasilan mu, berusahalah untuk diri mu sendiri. Meski aku baru mengenal mu, tetapi aku sangat memahami sosok seperti dirimu. Kau hanya perlu sedikit bumbu penyemangat.” Ucap Arda membangkitkan gairah ku.
“Kau yakin aku mampu melakukan itu..?” ucap ku meski  tak yakin melakukannya.
“Ini ambil….” Dengan memberiku buku sketch lengkap dengan pensil dan penghapus. Aku hanya tersenyum memahami apa yang di lakukan  nya.
“Jangan mengintip.” Ucapku lirih.
“Baiklah, ingat, gunakan lah hati kecil mu dan sedikit cinta.”
*Beberapa menit ketika keberhasilan ku mulai terbuka dan sedikit terlihat….
“Kau hebat, lihat karyamu, benar-benar hidup. Kau memiliki imajinasi yang kuat.” Kata Arda kagum dengan karya ku.
“Benarkah?” tanya ku padanya.
“Ya.. aku sungguh. Tapi, kenapa kau tak terlihat bahagia?” tanyanya “Bahkan kau makin terlihat seperti tak ingin tahu.”
“Bukan seperti yang kau kira. Arda, terimakasih atas segalanya. Terimakasih karna mampu membuat ku menjadi hidup kembali. kau malaikat ku yang ku buat pada ilustrasi ini.” Ucapku tersipu malu.
“Kau menggambarku dengan sayap ini. Hahaha..”
“Maaf. Tapi kau inspirasi bagi ku.”
“Kau tahu, tak ada sesuatu yang dapat kau lakukan hanya dengan pikiran mu saja. Kau telah membuktikan bahwa kau mampu menggunakan hati mu. Kau penyemangat bagi diri mu sendiri dan aku hanya seseorang yang menuntunmu.”
“Sama seperti malaikat ku. Malaikat yang menuntunku menemukan keberhasilan ku.”
Lalu kami tertawa akan kekonyolan ucapan ku. Dan dia hanya memandangiku sesekali tersenyum dan bertepuk tangan.
Kini aku yakin dan sadar, bahwa aku bukan tak mampu untuk bangkit, tapi aku hanya memerlukan seseorang yang mampu memotivasi ku. Arda… dialah orang nya. Mampu menyalakan api di hidup ku. Dan Inilah sedikit dari keberhasilan ku, impian dari segala cita-citaku.



Kota Kosong


“Menanti sebuah keajaiban seperti menanti seorang malaikat
Dan ketika semua nya sirna hanya ada ketakutan batin…”

(AsryListya)



            Aku berencana untuk mencari sebuah pengalaman. Aku menelusuri kota demi kota hingga batas ketidak sanggupan . Sendirian..!!!
            Ekor mataku tertuju pada sebuah gubuk di dekat hutan mangrove. Sekiranya berpenghuni. Mencoba untuk ku dekati demi mencari sisi baik dan buruk dari gubug yang telah ku temui.
            “Maaf bung, apa di sana ada yang menempati?” tanyaku kepada seorang nelayan yang hendak mendekat kearah ku.
            “Oh.. disana?? Gubuk itu? Kau tentu memiliki kaki, berjalan lah ke sana dan cari tau sendiri jawabannya.” Spontan aku tercengang akan kata-katanya yang miris dan dingin itu.
“Baiklah.”
“Kau.. siapa? Apa tujuan mu datang ke tempat ini?” kembali kata-kata dingin terlontar dari nelayan itu.
“Perkenalkan, saya Trianta, panggil saja saya Danta.” Kata ku sambil mencoba melukiskan segaris senyuman.
“Danta… Trianta..” begitulah seterusnya dia menyebut namaku sambil berjalan dan menghilang di antara pohon-pohon besar. Aku hanya dapat bergumam dan  bingung. Tanpa kata terakhir dan tanpa nama nelayan itu pergi dari hadapan ku.
“Ah.. sudahlah.. lupakan pertemuan tadi.”  Gumam ku sambil melangkah dan mendekati gubuk misterius itu.


***

“Spada..??”
Aku telah berada tepat di depan gubuk misterius itu. Dan dengan terkekeh aku merapikan lipatan celana yang telah basah karena pasang nya air.
Terdengar cekukan kakek-kakek dari dalam gubuk itu, semakin penasaran rasanya dan semakin ingin segera menemui nya. Tapi, aku hanya bisa mengintip dari luar dan sesekali mengetuk pintu gubuk itu yang hanya terbuat dari seng-seng bekas.
“Permisi kek? Bisa saya masuk?” tambah ku .
“Tunggu sebentar.” Terdengar jawaban dari dalam. Semakin tenang rasanya dan semakin bersemangat.
Menit pun berlalu, kakek itu tak kunjung membukakan pintu untuk ku, hanya untuk sekedar mempersilahkan masuk pun tak ada. Aah.. begitu aneh rasanya. Apa kakek itu lupa atau ?? entahlah…
Sekian menit aku berdiri tanpa jawaban, panas semakin menyengat dan semakin lama semakin sepi, hening dan sunyi, aneh nya lagi tak ada seorang pun  disana. Apa hanya ada diriku dan kakek itu? Tak ingin memikirkan apa yang terjadi dan apa yang telah ku alami.
‘Aku rasa aku akan masuk ke dalam sekarang, apapun yang terjadi.” Gumam ku dalam hati.
“Kek, saya masuk ya?” kata ku seakan tak menghiraukan apakah ada jawaban atau tidak, apa di ijinkan ataupun tak di ijinkan.
           Terkesiab saat ku lihat tak ada bagian di dalam gubuk itu, kembali aku mengangkat kaki ku ke luar. Aneh nya, dari luar gubuk itu terlihat utuh, sedangkan dari dalam gubuk itu seperti hanya sebuah pembatas. Aku bergumam sendiri, memutar otak sedemikian rupa, namun hanya ada satu jawaban yang aku dapatkan. Sebuah gubuk misteri.
“Kakek itu.. kemana kakek itu?”
Ingatan ku tertuju kepada seorang nelayan yang tadi pagi aku temui, kata-katanya terdengar seperti sebuah tembakan. Kata-katanya tak dapat ku cerna.
Ku lihat arloji tangan ku menunjuk kan waktu. “Masih siang, kenapa tak ada orang ya? Apa aku lanjutkan saja perjalanan ku?” pikirku. “Ah.. tempat ini.. tempat ini menjadi sasaran buat ku. Semakin terlihat keanehan nya, semakin aku merasa penasaran. Entah kenapa, tapi di sanalah letak sisi keanehan nya.”
Mangrove.. Gubuk… Nelayan.. Kakek..
            Eraagh.. kenapa semua membingungkan? Mungkin aku harus mencari sesuatu baru di sini. Orang baru atau mungkin penduduk baru. Menghilangkan segala ketakutan ku, melenyapkan segala pertanyaan yang sekiranya selalu bermunculan dalam ingatan ku.  
           

***

            Berjalan di antara hiruk pikuk suara angin yang saling bersahutan. Di antara segelintir orang-orang yang sangat menyeramkan menambah suasana asing bagi diriku sendiri.  Kegiatan berburu, bercocok tanam, ataupun berternak seperti  terlihat memiliki keanehan di dalam nya. Tak seperti kegiatan orang-orang pada umum nya. Dan segelintir orang yang aku temui memiliki wajah seperti mayat dan berjalan dengan kaki telanjang dengan pandangan yang tajam.
            Aku semakin risih berada di dekat mereka, semakin ingin menerka-nerka kapan aku dapat pergi dari mereka semua. Tapi penasaran tetap penasaran. Ketakutan bukan lah suatu jalan yang baik untuk ku menutupi itu semua.
            “ Bung, sekiranya kemanakah arah jalan yang akan membawa ku keluar dari kota ini?” muncul keberanian untuk menanyakan perihal itu kepada seorang peternak ular.
            “Apa yang membawa mu datang ke kota ini?” tanyanya sinis tanpa melihat mataku.
“Keinginanku.” Jawab ku singkat.
“Jika itu keinginan mu, maka itulah jawaban dari pertanyaanmu.”
“Ah..? bisa kau jelaskan mengapa?”
“Tak dapat ku jelaskan karena yang dapat menjelaskan hanya keberanian mu.” Lelaki itu tak dapat melepas ular yang di belainya saat berbicara padaku.
“Kota ini?” Tanya ku lagi.
“Ada apa? Kota ini hanya kota biasa yang di kucilkan.”
“Bukan.. bukan.. maaf, bukan itu yang ku maksud. Kota ini seperti….”
“Seperti sebuah dongeng atau…”
“Misteri.”
Dia menengok ke arah ku tanpa menaruh ular nya. Wajah nya seperti habis terbakar.
“Kau memiliki keberanian untuk mengetahuinya?”
“Tentu.”
“Bukan hanya sekedar rasa penasaran dan keingin tahuan mu akan kota ini?”
“Tidak.”
“Jika begitu, setelah kau tahu apakah kau akan memberi tahu kepada orang-orang luar kota ini?”
“Tentu seluk beluk kota ini adalah sebuah privasi. Bagaimana mungkin aku mempublikasikan sesuatu yang merupakan privasi, apalah arti sebuah cerita….”
“Hentikan, kau boleh mengikutiku. Ikuti detail setiap langkah ku. Jangan sesekali kau alihkan pandangan mu dari sosok ku. Jika itu terjadi kau akan kehilangan sebuah cerita yang sangat ingin kau ketahui. Dan kau tak akan dapat keluar dari kota ini.”
“Akan ku ikuti kau bung.”
Lelaki itu melukiskan sebuah senyuman di wajah na, meski aku ketahui keberatannya untuk melakukan itu.

***

“Sebuah sumur?” tanyaku ketika mengetahui satu langkah yang terhenti. Dan itu tepat di depan sumur kering yang tak terawat dan … berlumut.
“Kenapa? Bukan kah ini tujuan mu?”
“Tunggu sebentar.. aku ingin cerita dari mu, bukan pertunjukan reality show seperti ini.” Ucapku agak kesal.
“Disinilah asal dari cerita itu.”
“Ah..?? sumur?”
“Lihatlah kearah sana.” Katanya sambil menunjuk ke arah sebuah hutan mangrove.
“Ada sebuah gubuk.”
“Kau tahu gubuk apa itu?”
Sedikit meloncat perasaan ku ketika di tanyakan keberadaan gubuk itu.
“Ya… aku pernah mendatangi gubuk  itu dan…”
“Dan apa yang kau lihat?”
“Kosong.”
“Benar.. Hampa..”
“Tapi ada suara seorang kakek disana.”
“Itu adalah suara hutan mangrove yang suaranya seperti seorang kakek-kakek.”
“Benarkah?” kaget mendengar ucapan lelaki itu , aku pun tak percaya.
“Pohon itu diibaratkan manusia dan dapat berbicara. Dan gubuk itu adalah sebuah gambaran.”
“Gambaran apa? Dapatkah kau menjelaskan.”
“Yaa.. gambaran dari orang-orang yang haus akan kekayaan. Lihatlah kami, tak memiliki rumah, bahkan hanya untuk sekedar membaringkan badan pun tak ada.”
“Jadi..??” Tanya ku penasaran.
“Kota Hampa.”
“Kenapa dinamakan kota hampa? Bukan kah di sini ada yang menempati dan ada kehidupan? Bahkan ada magnet yang mampu menarik ku kemari.”
“Tak seperti yang kau ketahui. Tak seperti apa yang kau katakan. Perkataanmu hanya ilusinasi mu.”
“Maksud mu aku hanya menghayal akan keberadaan kota ini?”
“Mungkin. Jika itu yang kau rasakan, aku tak mampu menjelaskan.”
“Baiklah, keberanian ku semakin mendalam. Apa lagi yang ingin kau beri tahukan kepada ku? Akan ku dengarkan.”
“Tak ada.”
“Kau bilang banyak.”
“Aku tak pernah mengatakan itu.”
“Lalu..??”
“Pulanglah. Dan jangan beritahukan kepada siapa pun yang kau temui nanti.”
“Itu janji ku, pasti akan aku tepati.”
“Kau sungguh berani.”
                                                                        

“Aku seorang pengembara. Mencari tahu segala yang ku ketahui. Mencari arti dari setiap tempat yang ku kunjungi.”
“Kau genius.”
“Setiap orang mengatakan hal yang sama.”
“Kau begitu cekatan.”
“Itu lah aku.”
“Sudah lah, aku tak sanggup berdebat dengan mu.”
“Karna kecerdikan ku?”
“Bukan, tapi karna kebodohan dan ketololan mu.”
“Apa mungkin begitu? Ah.. aku tak tahu, mungkin iya dan mungkin sebaliknya.”
“Ingin  mengetahui hal lainnya?”
“Tentu aku akan menjawab ya. Ini kesempatan ku untuk mengetahui semuanya.”
“Begitukah upaya mu? Aku akan menerkam mu.” Katanya setengah berbisik.
“Kau bukan singa pemakan daging bukan?”
“Tentu kau tahu.”
“Cepatlah.. aku ingin tahu.” Kataku penasaran.
“Kau mengajak ku berdebat.”
“Kau yang memulainya.”
“Baiklah.. lihat sumur itu.”
“Hampa, kosong, tak ada setetes air di dalam nya.”
“Itulah mengapa dinamakan kota hampa.”
“Aku mengerti sekarang. Karena kota ini tak memiliki sumber daya yang cukup, dan kota ini di asingkan.”
“Sekiranya.”
“Apa selanjutnya?”
“Melompatlah.”
“Kau gila? Kau ingin membunuh ku? Apa di sana ada ular-ular mu?”
“Tentu tidak, tapi di sana ada seorang malaikat yang akan membawa mu keluar dari kota hampa ini.”
“Tapi.. aku belum puas.”
“Setalah kau keluar dari kota ini kau akan mendapatkan kepuasan yang luar biasa.”
“Aku mungkin harus mempercayai mu.”
“Tentu kau harus melakukan itu.”
“Baiklah. Melompat?”
“Tidak perlu.”
“Kau cukup membuat ku kesal.”
“Dan kau berhasil membuatku terasingkan.”
“Aku akan melompat.”
“Tidak perlu. Kau cukup berdiri di sini dan menunggu matahari tenggelam.”
“Apa yang akan terjadi?”
“Kau akan pulang.”
“Lalu kau?”
“Aku akan pergi sekarang.”
Tak lama setelah itu dia menghilang, tenggelam di antara rerimbunan dedaunan. Hanya ada aku di sini, sendiri menatap keatas langit sore, dan arloji ku menunjukkan waktu senja. Teringat akan kata-kata ‘Kau akan kembali saat matahari tenggelam’ , tapi apakah ini saatnya..??


***

Di antara kerumunan orang aku tersadar dari tidur ku. Mengapa aku bisa berada di sini? Sebuah kuburan yang bertuliskan nama-nama asing. Yaa.. di sinilah aku. Di tengah kebingungan..
“Apa yang terjadi?” Tanya lelaki tua yang mencoba ikut tenggelam dalam kerumunan orang.
“Pemuda ini tertidur pulas di sini, sekitar 12 jam yang lalu.”
Kemudian muncul lelaki tua itu yang tak asing lagi bagiku. Terbesit ingatan ku akan lelaki itu, yaa.. sumur.. dialah yang mengantar ku kemari..
“Kau? Mana ular-ular mu?” tanyaku sambil sesekali mengucak-ngucak mataku.
“Aku tak mengerti.”
“Peternak ular?”

Kejadian itu adalah suatu kejadian yang pertama dan terakhir bagiku. Mungkin sebuah bisikan atau pun yang lainya. Tapi, kejadian itu memberi ku sebuah pengalaman besar, yang harus nya tak ada menjadi ada, tak diceritakan namun mampu menjadi sebuah cerita yang bercerita.  

Páginas

Translate Language

Followers